14. JANIN KEMBAR

136K 8.2K 931
                                    

Whaaa update lagi ya 🤸🏻‍♀️💃💃💃




"Maksudmu?"

"Mungkin di sekolah..."

Berikutnya Reza tak mendengarkan ucapan dokter. "Anna" nama itu terlintas begitu saja. Reza yakin sekali yang di pikirkan Ezar pasti wanita itu, ibunya.

"Reza? Hei?!"

"Ohh maaf" Reza terkaget.

"Kau melamunkan apa? Jangan lupa itu obatnya di tebus!"

"Akan ku suruh orangku nanti segera menebus obatnya"

"Baik, kalau begitu aku permisi" dokter menepuk dua kali bahu Reza lalu berpamitan pulang.

Barusan saja dokter pulang. Bi Hasri memanggil tuannya yang kini sedang menaiki tangga setelah mengantarkan dokter pulang.

"Tuan! Ezar menggumamkan sesuatu terus" bi Hasri berujar panik. Reza segera berlari menaiki tangga dan melihat Ezar seperti mengigau menggumamkan sesuatu.

Reza mendekatkan telinganya pada bibir pucat itu untuk mendengar lebih jelas.
"Mi...mi..."

"Ez... ada apa denganmu? Kau ingin makan sesuatu?" Reza mengelus puncak kepala sang anak.

Perlahan Ezar membuka matanya dan menatap Reza yang terlihat khawatir dan panik. "Mommy" bisiknya parau.

Reza menjauhkan tubuhnya, berdiri berkacak pingga menatap sang anak. Reza menghela nafasnya dengan kasar seraya melangkah ke arah balkon. Membuka pintu balkon dan berdiri meremas rambutnya di sana. "Hahhh.. bagaimana ini?!"

"Tuan, Ezar terus menggumamkan mommy nya. Kita harus apa tuan?"

"Menurutmu?"

Bi Hasri diam hanya menunduk dan kembali masuk ke dalam kamar. Di sisi lain bu Hasri senang Karena jelas tidak ada cara lain.

Gumaman yang tadinya terdengar pelan kini terdengar semakin kencang dan seperti memanggil-manggil. Hingga Reza dapat mendengarnya di balkon. Ia semakin stres dan bingung harus apa.

*****

"Kau di pecat Anna. Aku sudah berkali-kali meminta kesempatan dan aku bilang ini urusan penting. Tapi bos tetap memecatmu" Tiffani membuang nafas berat. "Maafkan aku, aku payah"

Anna ikut menghela nafas. Ia sudah menduga kalau cepat atau lambat ia memang akan di pecat. Berarti setelah ini jika dia akan kembali ke Bali. Ia harus mencari pekerjaan lainnya. Jujur saja, ini menambah beban pikiran Anna.

"Tidak masalah Fani. Jangan sebut dirimu begitu. Memang sudah sepantasnya aku di pecat. Aku akan mencari pekerjaan lain nanti"

"Iya Anna, aku akan membantumu semampuku"
"Mengenai Ezaron bagaimana?"

Anna pun menceritakan persoalan putra kecilnya itu. Kesulitan seperti apa yang mereka hadapi dan lainnya, Anna menceritakan semuanya.

"Begitu ya. Bersabarlah ya Anna"

"Ya begitulah Tiffani, aku harus menjaga jarak untuk saat ini"

I MISS YOU MOMMYWhere stories live. Discover now