8. kenapa harus sesakit ini?

7.8K 250 9
                                    

⚠️Vote, comment, and Share⚠️
~Happy Reading~





Renata berjalan menyusuri lorong untuk pergi ke kantin sendiri, tak lupa ia selalu menyelipkan earphone ke telinganya. Itu adalah kebiasaannya saat sendiri, dengan melakukkan hal tersebut, akan membuat dirinya tenang dan tidak merasa kesepian walau dirinya sendirian.

Saat Renata memasuki kantin, langkah kakinya mendadak berhenti. Dari kejauhan ia melihat Angga dan Dhieke duduk berdua di kantin. Mereka  tampak sangat akrab, apalagi Angga yang sedari tadi melemparkan candaannya, yang langsung mengundang gelak tawa bagi Dhieke.

Sungguh miris nasib Renata, yang hanya dapat melihat mereka bercanda gurau dari kejauhan. Ini bukan kali pertama Renata melihatnya, hal ini sering terjadi. Tapi tetap saja Renata masih menyukai Angga, meskipun ia tak tahu apakah Angga memiliki perasaan yang sama terhadap dirinya. Memang menyukai dalam diam itu sakit, hanya butuh orang-orang kuat seperti Renata untuk merasakan seperti ini.

Meskipun rasanya berat mau tak mau ia tetap berjalan masuk ke dalam kantin. Ia berjalan ke tempat penjual nasi pecel dan ia memesan nasi pecel untuk Devan seperti yang dikatakan oleh Igo tadi.

Renata memutuskan untuk berdiri menunggu pesanan nasi pecelnya itu, ia mengurungkan niatnya untuk duduk. Karna ia tahu di sebelah kanan ada Angga dan Dhieke yang sedang bermesraan dan rasanya tak kuat untuk melihat sekali lagi.

Tak lama ada seorang yang menghampirinya dan menepuk pundaknya beberapa kali. Renata pun menoleh.

"Renata" panggil Angga.

"E-eh kak Angga, ada apa kak?" tanya Renata sembari melepas kedua earphone di telinganya.

"Kamu kesini sendiri? Beby sama Ve mana?" Angga balik bertanya.

"Emm nggak ikut kak, mereka di kelas" jawab Renata dengan senyuman khasnya.

Entah mengapa, jika berada didekat Angga, Renata tak bisa berhenti untuk tersenyum. Padahal ia tau, jika Angga tidak memiliki perasaan apapun kepadanya.

"Berarti kamu sendirian? Mau di temenin nggak?" tanya Angga yang juga membalas senyuman Renata.

"Hmm enggak usah kak, tadi kan kakak sama kak Dhieke.., Eh kak Dhieke nya kemana?" tanya Renata sembari mengedarkan pandangannya mencari sosok yang bernama Dhieke.

"Udah balik ke kelas Ta.." jawab Angga.

"Kalian pacaran ya?" tanya Renata langsung to the point. Jujur saja, ia sudah terlalu lama memendam pertanyaan seperti itu. Selalu saja ia takut untuk menanyakannya. Tetapi entah keberanian darimana, mendorongnya untuk bertanya.

"Pacaran? haha enggak kok Ta, emang sih kita deket banget tapi aku sama dia cuman temen biasa kok" balas Angga.

"Tapi kalian sama- sama famous lo di sekolah kita, kakak kapten basket sekaligus ketua jurnalistik, yang kak Dhieke ketua osis dan tahun ini kepilih jadi model kan sweet banget kalo pacaran" ucap Renata. Dengan berat hati ia berbicara seperti itu yaa untuk apalagi jika tidak untuk memancing Angga agar jujur.

"Emm, kemarin sih gue pernah nembak Dhieke Ta.."

Deg!

Jawaban Angga berhasil membuat hati Renata seakan tertancap sebuah belati tajam, begitu sakit dan sesak rasanya. Tangannya meremas roknya dengan sangat kuat, bahkan matanya sudah mulai memanas, rasanya ingin sekali renata mengeluarkan air matanya sekarang. Tetapi ia harus tetap kuat, mana mungkin ia menangis didepan seorang yang tak pernah menyukainya, hanya karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Renata sanggup menahannya!.

Strange Girl  ✔️(Revisi)Where stories live. Discover now