21. Jadi beda

5.1K 187 1
                                    

⚠️Vote, comment, and Share⚠️
~Happy Reading~



"Devan! Igo! kalian itu belum bisa, kenapa nggak memperhatikan ke depan? malah ngobrol sendiri!" sentak pak Eko kepada Devan dan Igo.

"E-eh maaf pak" jawab Devan dan Igo gugup.

"Kalian berdua keluar sekarang! mengganggu saja!" usir pak Eko kepada mereka berdua.

"Yah pak, saya tadi serius kok belajarnya, cuman Devan dari tadi pak yang ngajak ngobrol mulu" sahut Igo.

"Eh lu mau bunuh gue?" bisik Devan kepada Igo.

"Lu juga sih pan" sahut Reyhan yang duduk dibangku belakang mereka berdua.

"Devan mending kamu keluar sekarang. Kalo kamu gak serius belajar mending keluar aja, daripada ganggu temen kamu yang lain!" tegas pak Eko lagi.

"Cepat!!" sentaknya lagi.

Devan langsung gelagapan berdiri, dirinya memilih melangkahkan kaki pergi keluar kelas. Daripada ia terus-terusan mendapat sentakan dari pak Eko kumisan itu?.

"Aaarrrghhhh!!" ucap Devan sembari mengacak frustasi rambutnya.

"Ah mending gue kekantin ajalah mau ngapain lagi coba.." lanjutnya.

Tinggg..

Baru saja berjalan beberapa langkah, notif ponsel miliknya berbunyi. Ia pun merogoh sakunya dan mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.

Franda: Hai
Franda: Save wa gue :)

Devan membelakkan kedua matanya, ia terkejut mengapa gadis tersebut mengirimkan pesan ke Whatsapp Devan. Franda? Sepertinya tak asing bagi Devan, kemungkinan besar gadis itu adalah fransiska.nanda seorang yang tak sengaja bertemu Devan beberapa hari yang lalu. Ah, Devan tak peduli ia memilih untuk tak merespon pesan tersebut. Ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Devan kembali berjalan menyusuri koridor, tujuannya saat ini adalah ke kantin, tetapi saat dirinya menoleh ke arah lapangan basket, ternyata ia mendapati anak kelas XI-7 yang sedang berolahraga disana. Karna kedua sorot matanya dapat menangkap salah satu gadis yang terlihat tak asing dikehidupannya.

Ya, dia Renata. Terlihat Renata sedang duduk sendiri di tepi lapangan memperhatikan teman-temannya yang sedang bermain basket. Devan berjalan berniat menghampiri Renata, namun saat baru beberapa langkah kaki Devan berhenti ketika melihat Angga lebih dulu duduk didekat Renata, tak lupa Angga membawakan air minum untuk Renata.

"Hai Taa" sapa Angga.

"Ehh iya kak" balas Renata yang menoleh mendapati Angga duduk disampingnya.

"Kenapa gak ikut main?"tanya Angga sambil menyodorkan air mineral yang ia bawa.

"Nggak bisa.." balas Renata.

"Makasih kak" lanjut Renata menerima air mineral yang diberikan Angga, Renata sangat mengenal sosok Angga ini. Angga adalah tipe lelaki yang tidak menerima penolakan.

"Minta diajarin gak nii?" goda Angga.

"Eh gausah kak" balas Renata cepat.

"Kamu kenapa?" tanya Angga heran.

"Ada apa emang?" tanya Renata.

"Kenapa kok jadi dingin gini"

"Biasa aja kok" balas Renata.

"Karna Devan?" tanya Angga.

"Maksutnya??"

"Kamu deket kan sama Deva-..." ucapan Angga tiba-tiba saja terpotong karena Devan yang langsung datang dan menggandeng tangan kanan Renata berniat membawa Renata pergi,  tetapi niat Devan berhasil di cegah oleh Angga yang menahan lengan kiri Renata.

"Eh Van apa-apan sih lo, gue lagi ngomong sama Renata" ucap Angga sambil berdiri dari duduknya dan tangannya masih menahan menggenggam erat pergelangan tangan Renata.

Beby, Ve, dan teman sekelas Renata terkejut saat Renata berada di antara kedua cowok tersebut, seperti di perebutkan oleh cowok-cowok tampan. Devan memang tidak se-famous Angga tetapi Devan juga sering dikenal di kalangan siswa, selain karna pintar sering mendapat rangking paralel, Devan dulunya juga pernah menjadi kapten tim basket saat duduk dibangku kelas XI, tetapi dikarenakan tangannya cidera saat turnamen basket akhirnya Devan memutuskan untuk keluar, dan kapten di gantikan Igo, namun sekarang malah diganti Angga. Devan juga sering mengikuti organisasi-organisasi di sekolahnya.

"Gue ada urusan sama Renata" ucap Devan tegas.

"Ayo ta" lanjut Devan.

Hal tersebut mendapatkan anggukan cepat dari Renata, Devan pun membawa Renata pergi dari tempat tersebut.

"Gue nggak biarin lo bahagia Van" batin Angga ketika melihat punggung Devan dan Renata yang mulai menjauh ia tersenyum miring. Tanpa tersadar sedari tadi tangannya mengepal hingga ujung kukunya terlihat putih, kepalan yang sudah siap untuk hantamkan kepada yang menerima .


****



Saat ini Devan dan Renata berada dikantin, karena masih jam pelajaran, suasana kantin tak seramai biasanya.

"Tadi kenapa pas olahraga diem aja" tanya Devan mengawali pembicaraan.

"Nggak bisa main basket kak" jawab Renata jujur.

"Yaelah, tinggal bawa bola trus masukin aja nggak bisa, dasar!" ucap Devan sembari mendorong pelan dahi Renata dengan jari telunjuknya.

"Udah tauu!" jawab Renata sambil memegang dahinya.

"Eh btw ini kan belum jam istirahat kok kak Devab udah keluar kelas?" tanya Renata sambil menyeruput es tehnya.

"Disuruh keluar sama pak Eko"

"lho emang kenapa?" tanya Renata terkejut.

"Gak merhatiin pak Eko"

"Pak Eko yang pak guru aja gak diperhatiin apalagi aku" goda Renata sambil memayunkan bibir.

"Mau diperhatiin nih?" tanya Devan menggoda balik.

"Mauuuu!!" balas Renata bersemangat.

"Akunya gak mau" balas Devan singkat lalu membuang muka kearah lain.

"Gak papa kalo kak Devan sekarang ga perhatian sama aku.. Tapi aku yakin suatu saat kak devan bakalan berubah kok" ucap Renata membatin dalam hati.

Renata tidak tau saja, bahwa hanya mengatakan seperti itu saja sudah membuat jantung Devan bergedub kencang. Lagi-lagi Devan merasakan kedua pipinya mamanas. Ia tak ingin saja Renata melihat kedua pipinya yang mungkin akan merah merona, pastinya itu sangat amat memalukan.

"Eh, emangnya kenapa kak Devan gak merhatiin pak Eko?"

"Gak bisa main gitar, jadinya males"

"Haaa? kak Devan ga bisa main gitar?" tanya Renata menatap tak percaya. Tak lama terdengar suara tawa renyah dari Renata. Devan menoleh cepat.

"Kenapa?" tanya Devan dingin. Apakah Renata tengah mengejeknya sekarang?.









Baca terus yaa :) tetep Vote and comment ..!!

Strange Girl  ✔️(Revisi)Where stories live. Discover now