Bab 9 Berubah

463 53 11
                                    

Pagi ini Azkal kembali tak berangkat sekolah. Ia membersihkan tubuhnya cukup lama. Guyuran air dingin dari shower itu terasa menyegarkan sekali membasahi seluruh tubuhnya. Sesekali Azkal sesenggukan, sesekali pula terdiam membiarkan tumpahan air itu terus mengguyur deras. Seolah berusaha menghilangkan sisa-sisa dosa yang masih melekat di tubuhnya, ya, noda dosa waktu malam. Atas sebuah perbuatan yang diharamkan agama. Dan ia telah melakukannya, tapi sungguh ia tak sengaja. Ia dijebak, ia tak tahu minuman yang diberikan gadis itu mengandung sesuatu yang membuatnya jadi begitu. Pun adegan setelahnya, yang kadang timbul-tenggelam dalam otak, terasa menyesakan dada, sebelum beberapa temannya menuntunnya keluar hingga bertemu Niswah serta Mas Ahmad.

Azkal mengepalkan kedua tangannya dan memukul-mukul dinding berkaca di depannya. Lelaki bermata hazel itu ternyata mampu menangis tersedu juga.

"Allah... Allah... Astaghfirullahaladzimm..." jeritnya lirih.

Sudut hatinya berteriak pilu, "Allah.... Betapa lemahnya imanku. Hingga aku benar-benar terperosok ke jurang hitam itu. Sungguh, aku tak memiliki niatan untuk melakukan itu. Ya, Aku dijebak, aku dipaksa. Ampuni hambaMu yang hina-dina ini, Ya Allah..."

Lalu Azkal menggosok tubuhnya dengan sabun, membersihkan mulutnya yang semula masih bau alkohol, sampai benar-benar bersih sekali.

Belum cukup jika hanya jasmaninya saja yang dibersihkan, maka selepas mandi Azkal melanjutkannya dengan sholat subuhnya yang tertinggal, juga sekalian sholat Dhuha. Tak lupa usai sholat ia bersujud, cukup lama. Mengadu, berkeluh kesah, meminta pertolongan dan tentunya memohon ampun kepada Allah supaya ia dijauhkan dari godaan syetan yang terkutuk.

Sekitar pukul setengah empat sore. Azkal pamit pada Bunda, ada urusan yang harus segera ia selesaikan. Bunda yang tengah menyapu lantai di teras depan rumah hanya mengangguk. Sikapnya masih dingin, tanpa berbicara sepatah katapun.

Azkal menghela napas berat. Baiklah, ia paham perasaan Bunda sekarang. Maka tanpa perlu berlarut-larut mencari reaksi Bunda selanjutnya, Azkal menghampiri motornya di bagasi. Dan tujuh detik kemudian ia mengendarai motor sambil membawa sebuah map berwarna merah. Tentu sebelum itu ia mengirim pesan terlebih dahulu kepada seseorang, perihal sesuatu yang penting.

"Pak, saya berangkat ke kantor, sekarang."

***

Lelaki bermata hazel itu tampak duduk di depan cermin besar. Ia menuruti perintah Sang Barber. Dengan masih menyisakan rasa tak terima, ia biarkan rambut indah yang selama ini menjadi tambahan ketampanannya dipapas sebagian. Tidak terlalu pendek memang, namun cukup sulit jika menginginkan rambutnya hendak bergaya macam Chanyeol EXO atau Jungkook BTS.

Mau bagaimana lagi? Ia merasa, ini yang lebih penting dari itu semua.

Selanjutnya, setelah ke luar dari barbershop, Azkal melangkah santai di atas tempat pejalan kaki dengan potongan rambut barunya. Ekor matanya melirik kesana kemari, ke setiap jengkal orang-orang berjalan. Suasana sore kali ini di setiap ruas jalan, khususnya punggung jalan dekat sebuah super market di kawasan Bandung Barat, cukup ramai. Langkahnya terhenti saat menyaksikan segerombolan para remaja laki-laki dan perempuan tampak asyik bercengkrama sambil berjalan bersama, tertawa-tawa, berlawanan arah dengannya, hingga melewatinya. Pakaian yang dikenakan mereka, selayaknya pakaian bermode anak muda zaman milenial. Azkal meringis pilu, sebab selama ini ia tak jauh berbeda dengan mereka dan ia pernah merasakannya. Lantas ia harus menerima kehidupannya beberapa hari kedepan, yang akan berubah seratus delapan puluh derajat.

Agak lama ia berdiri mematung. Lalu langkahnya kembali berjalan menyusuri ruas-ruas jalan, sampai tak terasa ia berhenti di sebuah bangunan cukup besar, sebuah masjid. Lagi, Azkal berdiri dalam diam, menyaksikan pemandangan di depannya. Ya, sebuah pemandangan syahdu, bergerombol remaja seusianya tampak berjalan menuju masjid memakai pakaian tertutup. Laki-laki memakai sarung, baju panjang dan peci, sementara perempuan memakai serba tertutup panjang. Mereka tampak memeluk Al-Qur'an dan beberapa kitab di dada mereka. Hati Azkal membasah. Ada desir halus yang sulit ia jabarkan.

Malaikat Bermata Hazel (complete)Where stories live. Discover now