Bab 32 Kerasukan

234 29 5
                                    

Tanpa mereka tahu, lelaki yang mereka cari ternyata malah lagi asyik-asyiknya menyelam di dasar sungai. Azkal menepi ke pinggiran sungai sebelah barat. Masih dalam keadaan menahan napas dalam air, ia duduk selonjoran. Sambil satu tangan berpegangan pada dinding berbatu, ia biarkan tubuhnya melayang-layang tersapu desiran arus air sungai yang tak terlalu deras. Air sungai berwarna bening namun agak kehijaun itu, mampu membuat pandangannya agak jelas melihat ke sekeliling, hingga ikan-ikan kecil dapat ia lihat begitu indah melintas melewatinya tanpa malu. Azkal tak tahu, teman-temannya pada sibuk mencari dirinya, sambil mengulum cemas di wajah dan suara teriakan. Sungguh, ia tak memiliki pikiran ke arah sana, semuanya kalut bak seonggok benang kusut masai tak terpakai.

Bayang-bayang wajah Kang Amjad serta ucapan-ucapan tajam, juga pembicaraan menarik bersamannya beberapa jam yang lalu berkelebat jelas di depan mata. Dari sudut hatinya paling dalam berbicara, ya, ia harus bertemu Kang Amjad secepat mungkin. Ia harus meminta maaf padanya. Dan kedepannya ia tak boleh bersikap pongah seperti selama ini. Walaupun usia dirinya dan lelaki itu sepantaran, tetap saja Kang Amjad ialah gurunya. Maka sepatutnya ia sebagai seorang santri harus takzim, tak pandang soal umur, seperti apa dan bagaimana Kang Amjad itu.

Teriakan teman-temannya masih terdengar mengusik kegelapan senja.

"Azkaaaal ...."

"Azkaaal. Kamu di mana?"

"Azkaaaal. Please, jangan main-main. Keluarlah!"

Karena dari dulu Azkal memang tipikal orang yang suka dengan air, apalagi di rumahnya ia punya kolam renang sendiri. Maka tak ayal selain berbagai gaya renang ia kuasai, begitupun napasnya dalam air, sangat panjang. Hal itu membuat teman-temannya cemas, kalau-kalau sangkaan Mikel memang benar. Azkal tenggelam, atau mungkin hanyut terbawah arus sungai tanpa diketahui.

Lamat-lamat Azkal merasa ada sesuatu yang tak beres. Keningnya mengkerut, seiring telinganya seperti menangkap suara-suara memanggil namanya. Azkal mulai bergerak menyelam, mengikuti arah instingnya.

"Azkal, gue mohon lo jangan mati dulu. Apalagi mati konyol dimakan buaya atau hanyut kebawa air sampe laut. Gue nggak mauuuuu ... Gue nggak ikhlaaaas ... Huhu," teriak Mikel. Beberapa teman-temannya memperhatikan dengan tatapan heran.

Lalu lelaki berhidung mancung itu menengadahkan kedua tangannya ke udara, sambil wajahnya menghadap ke atas langit seolah-olah ia tengah berdialog dengan Tuhan. "Allah ... Selamatkan temen terkeren dan terperfect gue. Si Oppa Korea rasa bule itu. Kembalikan dia, Allah ... Azkaaal ...," teriaknya lagi terdengar mengiris pilu.

Sekonyong-konyong mereka meneguk ludah berkali-kali, saat menangkap sebuah gerakan aneh nan samar layaknya seekor buaya atau mungkin ikan duyung, melewati kaki-kaki mereka amat cepat. Begitu pula Mikel, wajahnya melipat cemas berkali lipat.

Tepat di detik ke tujuh tiba-tiba,

Byuuuuurrr ...

Sosok lelaki berwajah campuran sunda-bule itu muncul ke permukaan seraya menyemburkan air sungai ke udara. Tak lupa Azkal menggelengkan kepalanya, membiarkan rambut hitam membasahnya itu melambai-lambai indah. Lalu tangannya menyisir rambut lurus ala Oppa korea itu ke belakang. Bersama body perfect dan gaya coolnya itu. Sungguh, ia menjelma model finalis L-Men of the year yang tengah syuting iklan, memamerkan kemuclean bodynya. Wow.

Santri-santri yang sempat menangkap moment menakjubkan itu, melongo, tak berkedip. Entah saking apanya, mungkin terhipnotis. Kalau Mikel sendiri malah memasang wajah syok dengan mulut mangap dan kedua mata melotot seperti mau keluar.

"Azaaaaaalll ...," teriak Mikel langsung menyerbu sesosok lelaki berlagak kebingungan itu, tak jauh berada di depannya.

Tak tanggung-tanggung, Mikel menangkap tubuh Azkal dan memeluknya erat. Ada nada rengekan manja yang keluar dari suara keluhannya. "Alhamdulillah, lo belum mati, Kal. Lo masih hidup." Mikel menyentuh-nyentuh wajah Azkal, membuat lelaki bermata hazel itu membulatkan bola matanya, kaget. "Lo nggak kenapa-napa kan? Lo nggak kena gigitan buaya kan? Lo nggak butuh napas buatan kan?" cerocosnya seperti mau menangis.

Malaikat Bermata Hazel (complete)Where stories live. Discover now