4. PENOLAKAN TELAK

10.4K 577 43
                                    

"REYGAN Arsenio Guardian Harlley, Dimas Danendra Wijaya, Hendra Antonio Mahardika, Arshaka Rama Samudra, Fajar Putra Bangsawan, Kurniawan Ardeza Dirgantara. Kalian semua di panggil ke ruang Bk sekarang."

"Bagus-bagus ya namanya. Tapi sayang, bangsat semua kelakuannya." celetukan itu terdengar dari barisan belakang, Umi Umayah yang menjabat sebagai sekretaris kelas.

"Yaelah Mi, your mulut minta di rukiyah apa gimana? Asal jeplak aja." protes Awan tak terima.

"Dih, benar kali yang di bilang si Umi. Kalian tuh blangsak semua jalan hidupnya. Belok-belok kek obat nyamuk cap buaya!" timpal Tania sarkastis.

"Ngomong buayanya jangan melotot ke gue dong Tan, merasa terhakimi nih.." protes Hendra.

"Terserah gue, lah!" sahut Tania sengit, kalau ingat perbuatan manis Hendra kemarin-kemarin padanya, asli deh sakit hati banget Tania. Udah baper-baperan tahunya si Hendra begitu ke semua cewek.

Awan mendengus sebal, menatap Tania tajam yang mulutnya licin banget kek minyak rambutnya si Ungi.

"Heh T-T! Bisa diam nggak congor lo? Kalau nggak gue sumpel pakai kaos kakinya si Fajar, mau lo?!" ancam Rama kesal, karena sedari tadi teman sekelasnya itu tak henti-hentinya mengoceh.

Tania melotot mendengar panggilan Rama yang ..., ambigu?

"Woy daki onta! Lo panggil gue apa barusan?"

"T-T." jawab Rama enteng.

Brak!

Tania menggebrak meja, mulai naik pitam. Bisa-bisanya si Rama kutu kupret memanggilnya seenak jidat. Mesum lagi, menyebalkan!

"Kurang ajar lo! Enak aja panggil gue T-T."

Rama yang melihat Tania mulai emosi pun menaikan sebelah alisnya. Kenapa cewek itu marah? Adakah yang salah dari panggilannya?

"Lah, T-T itu Tania Tasya, kan? Kenapa lo emosi? kan itu singkatan nama lo, pea!"

Damn!

Tania langsung terdiam. Jadi, T-T yang di maksud Rama itu singkatan dari namanya 'yang' Tania Tasya?

"Makanya jangan marah mulu! Malu kan jadinya. Cewek gitu sih, nggak tahu kebenaranya main ngamuk aja, cih!" kini Rama balik mengejek, tersenyum puas melihat Tania yang kicep antara menahan amarah dan malu.

Seisi kelas terbahak, namun deheman seseorang mengintruksi mereka semua agar berhenti tertawa, siapa lagi jika bukan Reina Sekar Anggita.

Hening, semuanya terdiam.

"Berisik lo semua! Nggak lihat ada calon pacar gue? Hormatin dong, jangan di anggurin." Rey bangkit dari tempat duduknya berjalan mendekati Reina.

"Maafin temen-temen gue, ya? Maklumin aja mereka kuper jadi ribut terus bawaanya.."

"Huuuu!"

"Pencitraan lo, Rey!"

"Dasar tikus jepang! Sa ae lu bang."

Reina bergumam, malas menggubris perkataan Rey. Sebenarnya Reina juga sangat malas masuk ke kelas orang-orang bobrok yang berpotensi mengganggu kejiwaannya seperti mereka. Tapi mau bagaimana lagi? Ini perintah dari bu Dori untuk memanggil anak-anak yang bermasalah.

"Buat yang tadi namanya gue panggil, jangan lupa ke ruang Bk." ulang Reina kesekian kali.

"Iya bu ketos, buset dah! Denger kita juga." sahut Awan.

Reina mengangguk, baru selangkah beranjak tangannya lebih dulu di cekal Rey.

"Bentar dong, mau nanya nih bu ketua."

Reina menghela napas berat, menatap Rey enggan. "Apa?"

"Gini, lo kan ketua nih, gue juga ketua. Jadi--"

"--Ketuaan dah!"

Huahaha..

Kelas kembali tergelak dengan celetukan tiba-tiba dari Fajar. Rey menulikan telinganya, tetap fokus pada Reina.

"Jadi gimana? Lo udah suka belum sama gue?" Rey melanjutkan ucapannya.

Reina diam, menyusuri setiap pasang mata yang menatapnya penasaran.

Memang, berita tentang Rey menyukai Reina sudah menjadi rahasia umum. Seluruh anak IPA3 bahkan satu sekolah pun tahu jika Rey menyukai ketua osis itu. Makanya tidak ada yang berani mendekati Reina karena tidak mau berhadapan dengan ketua Ravega. Lebih baik mundur daripada muka bonyok karena Rey mengamuk.

"Reina jawab dong, kok diam sih? Gue tahu tingkat kegantengan gue ini melebihi batas maksimal, tapi jangan ngelamun gitu, gue nanya sekali lagi nih, lo udah suka belum sama gue?" cerocos Rey, ia bahkan tidak malu mengatakan itu di depan kelas.

Reina menatap Rey tajam, apa cowok ini sulit mengerti kalau Reina tidak akan pernah menyukainya? Reina sudah menyukai seseorang, Reina sudah memiliki pacar, dan Reina mencintai cowoknya. Jadi kapan Rey berhenti mengejarnya? Reina sudah capek menghadapi sikap menyebalkannya.

"Inget baik-baik ucapan ini. Gue ..., nggak akan pernah suka sama lo!" tandas Reina telak, kemudian buru-buru menjauh dari sana. Rey? Dia hanya mengusap dadanya berusaha sabar.

Stay cool, Rey sudah kenyang menerima penolakan dari Reina. Tapi orang sudah cinta susah, bagaimana pun tanggapannya Rey tidak akan pernah sakit hati.

"Buah salak buah kina, yah! Di tolak lagi sama si Reina.." pantun absurd keluar dari mulut Fajar. Cowok dengan kulit hitam keling itu menepuk bahu Rey dua kali lalu beranjak keluar, di susul Rama, Awan, Hendra dan Dimas di belakang.

"Yang sabar ya bro, Hirup teh emang perih euy.."

"Udah bos jangan patah kaki, eh? Patah semangat maksudnya."

"Perjuangin aja selagi lo masih sanggup. Kalau enggak, kibarin bendera putih ya bos."

"Lo kurang sodakoh Rey."





*****





SEE YOU, DEAR!

































___NDA SASA___

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now