14. SELANGKAH LEBIH MAJU

6.3K 370 13
                                    

"JADI kamu yang namanya Reina?" tanya Rindu dengan suara yang terdengar parau.

Reina masih menundukan kepalanya, mengangguk pelan menjawab pertanyaan Rindu. Tentu ia sangat merasa bersalah, biarpun sekarang Rindu akan memarahinya, Reina akan terima.

Namun, hal yang sangat di luar dugaan terjadi. Rindu tiba-tiba memeluk Reina, mendekap hangat gadis itu membuat semuanya terkejut, tak terkecuali Reina sendiri.

"Secantik ini ternyata aslinya, pantas Rey suka sekali sama kamu." Reina mengerutkan kening, tak mengerti maksud Rindu.

Kenapa Ibu ini malah bersikap manis pada nya? Bukankah seharusnya Rindu marah sebab anaknya masuk rumah sakit karena menolong Reina?

"Bunda pernah lihat kamu, Rey nunjukin fotonya. Dia juga selalu cerita tentang kamu ke orang rumah." Rindu menjeda kalimatnya, mengurai pelukan lalu menatap Reina sendu.

"Maaf?"

"Rey suka kamu, tapi kamu suka orang lain." Reina tersenyum kikuk, dalam hati menyumpah serapahi Rey karena tidak menyaring ceritanya terlebih dulu tentang mana yang harus di ceritakan dan yang tidak harus di ceritakan. Kalau begini kan Reina jadi malu! Udah gitu Bundanya prontal banget lagi.

"Nggak usah cemas, Bunda nggak akan marah atas apa yang terjadi. Bunda ngerti kok tindakan yang di lakukan Rey. Dia cuma ingin melindungi orang yang dia suka."

Reina tersenyum simpul, tidak menyangka Rindu bisa sebaik itu. Tapi muncul satu pertanyaan di kepala Reina, apa benar Rey sering menceritakan Reina ke keluarganya? Sesuka itukah Rey pada Reina?

Cklek!

Semua perhatian tertuju pada seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruangan. Rindu menghampiri, berikut Lea yang sepertinya benar-benar ingin menghilangkan kecemasannya dengan mendapat kabar bahwa Rey baik-baik saja.

"Gimana Rey, Dok? Dia baik-baik aja kan? Nggak kenapa-napa kan? Rey udah sadar?" Dokter tersebut tersenyum kala Lea memberondongnya dengan banyak pertanyaan, gadis yang lucu.

Rindu mengusap puncak kepala Lea lembut, ia paham betul Lea sangat mengkhawatirkan sahabat seperorokannya itu.

"Sabar sayang, biar Dokter jelaskan dulu.."

"Iya Bunda."

"Jadi bagaimana kondisi putra saya, Dok?"

"Alhamdulillah putra Ibu tidak mengalami luka serius, hanya sobek kecil di bagian belakang kepala karena akibat dari pukulan. Saat ini dia sudah sadar, nanti bisa langsung di pindahkan ke ruang rawat dan besok juga di perbolehkan untuk pulang." jelas Dokter menjabarkan keadaan Rey.

Bunda, Lea, Reina juga anggota Ravega merasa lega, mengucap syukur atas berita tersebut. Akhirnya Rey tidak kenapa-napa.

"Apa kita boleh jenguk, Dok?" Reina bertanya.

"Tentu, tapi kalau bisa bergantian, ya? Pasien juga perlu istirahat."

"Oh pasti itu mah, Dok. Tenang aja tenang. Kita nggak akan mengganggu apalagi ngerusuh. Tahu kok mana rumah sakit mana jalanan buat balapan li--" Hendra segera membungkam mulut Fajar sebelum kalimat keramat keluar dari mulut ember anak setan itu.

"Gue tahu Jar pas pembagian otak lo nggak ikut antri, tapi bisa kan malam ini jangan tolol dulu? Hampir aja lo buka forum curhat dong Mah bersama Mamah Dedeh disini. Nggak lihat itu ada Bunda sama Lea? Emang Lo mau, hah? Di garuk pakai garpu karena udah ngajak Rey balapan?" bisik Hendra pelan, giginya gemeletup menahan kesal.

"Ya maappppp! Mulut gue kadang suka lepas kontrol, hehe.."

"Bacot!"

"Baiklah, kalau gitu saya permisi." pamit Dokter kemudian berlalu dari hadapan mereka semua.

JUST REYGAN [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ