40. MENYERAHNYA KETUA RAVEGA

4.5K 332 222
                                    

"Aku menyerah untuk menang. Karena jaminannya, sakitku akan hilang meski jiwaku melayang.."
















*****






PAGI ini sekolah di buat gempar dengan kabar bahwa Ketua Ravega perisainya SMA Merah Putih terbaring tak berdaya di rumah sakit karena kasus penembakan.

Tentu saja berita tersebut langsung menjadi trending topik utama yang menggegerkan penghuni sekolah. Barisan pengagum terang-terangan a.k.a fensclub nya manusia paling tampan sebumi itu kalang kabut mendengar ayang idaman mereka mengalami hal demikian. Bahkan sampai ada yang menangis bombay karena tidak tega idolanya kenapa-napa.

Berbagai spekulasi pun muncul memenuhi indra pendengar tentang kenapa peristiwa penembakan tersebut bisa terjadi.

Banyak yang menduga ini semua karena ada kaitannya dengan unsur perebutan kekuasaan, mengingat Gracio adalah pemegang terkuat perusahaan Wirayudha selalu berada di puncak. Kalah tender dalam suatu proyek bisa saja menjadi kesumat lalu menimbulkan kebencian bagi para lawan yang kemudian malah berbelok mengincar keluarga Cio untuk ajang balas dendam karena tidak terima terlecehkan.

Namun ada juga yang mengira alasan terkuat Rey tertembak adalah karena menyangkut dengan musuh dalam geng motor. Sebab, siapa yang tidak mengenal Ravega? Rajanya jalanan yang selalu memenangkan pertarungan baik dalam baku hantam maupun balapan. Karena itulah, geng di bawah pimpinan Reygan Arsenio tak sedikit memiliki musuh.

Salfa, gadis dengan rambut kuncir kuda yang tengah berjalan santai di koridor tiba-tiba berlari cepat menuju ujung kelas saat mendapati seseorang yang sangat di kenalinya tersedu dengan wajah banjir air mata. Salfa yakin, dia sudah mendengar kabar tentang Rey yang sedang kritis di rumah sakit.

"Reina." lirih Salfa sembari mendekap tubuh lemas sahabatnya.

"Rey, Sal. Reygan.. Rey ngapain di rumah sakit? Dia nggak sekolah? Kenapa bisa? Atau jangan-jangan Rey marah sama gue karena kejadian kemarin maka nya dia bolos demi ngehindarin gue?"

Salfa mendekap Reina lebih erat, bingung harus merespon bagaimana racauan Reina, takut salah bicara nanti yang ada Reina semakin kejer. Jadi yang bisa Salfa lakukan sekarang hanya lah menggumamkan kata sabar seraya berusaha menguatkan.

Salfa paham, Salfa mengerti Reina terpukul atas kejadian yang menimpa orang yang di cintainya. Terbukti dari penampilannya pagi ini yang benar-benar jauh di katakan rapih, bahkan terbilang kacau.

Rambut terikat satu yang sudah kusut, mata bengkak dengan lingkar hitam di bawahnya, juga seragam yang tidak di masukan ke dalam rok abunya. Awalnya Salfa sempat berpikir, ini benar Reina sahabatnya atau bukan, soalnya Reina itu rapih dan bersih, beda sama sekarang.

Di luar itu, Salfa belum tahu masalah Reina dan Rey. Dia masih menganggap mereka berdua masih searah di jalan yang sama.

Sedangkan Reina sendiri, perasaan sakit akibat berakhirnya hubungan dengan Rey kini bertambah hancur saat mengetahui cowok itu sedang bertaruh nyawa di rumah sakit akibat tertembak. Hati Reina ngilu mendengarnya, dadanya sesak, bernapas pun rasanya malah membuat Reina seakan menghirup racun yang membunuhnya secara perlahan. Kabar tersebut bagai ribuan belati yang menghujamnya tiba-tiba.

Satu pertanyaan yang terus berputar di kepala Reina, kenapa bisa?

Kenapa semua ini bisa terjadi? Masalah datang berturut-turut, hubungan selesai dan lebih menyakitkan lagi Rey tertembak.

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now