42. MELEPAS KEPERGIANNYA

4.3K 327 111
                                    

___Datangnya perpisahan memang tanpa permisi, tanpa aba-aba, dan tanpa salam pembuka. Maka dari itu, bagaimana pun kondisi kita, bersiap lah untuk menyambut kehilangan___
















*****


































"VIRUS corona kali ah, nular."

"Heh! Nggak boleh songong sama ketua."

"WE ARE RAVEGA!!!"

"Brengsek lo, Jar. Yaudah, sana lo semua ambil aja, nanti gue bayar."

"Lo berdua nggak ikhlas mijitin gue?"

"Nah, ini, nih! Ini baru anak buah kesayangan gue. I love you tiga ribu, Wan, mwachh!"

"Udah kita ikut aja ke kantor polisi, daripada berontak yang ada malah di tembak terus mati lagi. Gue belum siap menghadap Tuhan, belum nikah sama Reina soalnya.."

"Misi abang-abang, ini gue Rey sama temen gue Dimas terus si Fajar mau nyalonin diri jadi anggota Ravega, boleh kaga ya kira-kira?"

"Gila! Jadi ketua geng besar sekarang gue."

"Cih! Lo pikir gue korban tikungan sepertiga malam pakai acara bunuh diri segala."

"ARGHTT!!!"

Duak!

"Monyong!" latahan itu refleks keluar dari mulut Fajar saat dengan tiba-tiba Dimas menonjok dinding di hadapannya. Fajar bersungut, merutuki latahnya yang tidak tahu situasi dan kondisi.

Ucapan Rizal tentang Rey yang kembali pada Tuhannya adalah pukulan telak bagi Ravega. Tidak mungkin, kan? Tidak mungkin ketua mereka pergi.

Rey itu kuat, bahkan dia bisa menggiring Darren masuk ICU. Tapi, kenapa sekarang malah dia sendiri yang pergi? Oh ayolah Rey, ini sangat tidak lucu untuk di jadikan bahan konten di YouTube.

Inti Ravega terduduk lemas di dinginnya lantai rumah sakit, semuanya seperti mimpi buruk yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya akan terjadi.

Ketuanya, keluarganya, sahabatnya tiba-tiba hilang dari kehidupan mereka secepat kedipan mata.

Bagaimana nasib Ravega tanpa ketuanya? Bagaimana hari-hari mereka berikutnya tanpa adanya sosok Rey yang selalu menarik humor dengan segala tingkah konyolnya? Dan bagaimana mereka bisa begitu saja ikhlas merelakan Rey pergi_yang bahkan selalu memberi ukuran tangannya untuk pada anggota yang kesusahan?

Satu pertanyaan, kenapa? Kenapa secepat ini? Kenapa orang sebaik Rey harus Tuhan ambil secepat itu kalau saja dia masih sangat di butuhkan oleh orang-orang yang menyayanginya?

Keluarganya masih membutuhkannya, orang-orang terdekatnya masih membutuhkannya, dan Ravega masih sangat membutuhkan ketuanya.

Hendra, Rama, Awan mengeluarkan tangisnya dengan keras tanpa sedikit pun merasa malu. Dada mereka sesak mengetahui fakta bahwa Rey menyerah dengan hidupnya.

Fajar? Jangan di tanya, wajahnya bahkan sudah seperti kebanjiran, basah oleh air mata. Isak tangis terus keluar dari mulutnya tanpa henti, tidak ada kata malu untuk tangisan sesak abadi sebagai kesedihan terdalam akan kepergian Rey.

Sedangkan Dimas, terus memukuli dinding dengan racauan penyesalan yang terus keluar dari mulutnya, tidak peduli pada tangannya yang telah membiru. Bahkan, luka di tangannya tidak lebih sakit dari kabar yang di sampaikan Rizal bahwa sahabat kecilnya telah pergi meninggalkannya.

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now