19. MENGEMBALIKAN MOOD PUTRI KECIL

5.3K 328 18
                                    

"EMANG konyol tuh si Siti, sembarangan banget nuduh gue." sungut Fajar, mengambil bungkus gorengan yang ada di warung bi Tuti untung mengipasi badannya yang terasa gerah akibat ulah Siti.

"Di tuduh apaan emang lo, Jar? Datang-datang ngomel kayak emak-emak qasidahan." tanya Rama sambil memasukan kuaci ke dalam mulutnya.

Mereka berada di warung bi Tuti. Nongkrong, jajan, nge-game, sampai Hendra yang jika ketemu tempat enak langsung pelor pun belum masuk kelas sama sekali dari awal jam pelajaran sampai sekarang istirahat hampir tiba. Provokatornya siapa lagi kalau bukan Rey.

Rey bilang, lebih baik semedi disini daripada harus mendekam di kelas mendengarkan guru sejarah bercerita, bikin ngantuk. Ya, Rey memang paling tidak suka pelajaran sejarah, beda dengan Dimas yang lebih memilih mengikuti mata pelajaran tersebut. Anak satu itu memang sangat rajin, begitu pikir Rey.

"Paling di tuduh nyolong dalaman si Siti, ya kan? Ngaku lo!" celetuk Awan membuat Fajar mendengus.

"Lebih parah nyet! Gue di tuduh ngintipin toilet cewek!  Mentang-mentang tadi gue lewat situ habis dari parkiran, lagian yang benar aja anak sholeh kek gue mesum."

"Serius lo?" Rama pura-pura terkejut.

"Iya anjir! Ngeselin benar kan tu cewek."

"Nggak juga sih, malah gue kira dia nuduh lo nyopet banda emaknya." ledek Rama kemudian.

"Anjing! Lo kira gue babi ngepet ngambil begituan."

"Agak mirip sedikit sih." cetus Hendra tiba-tiba. Ternyata dia sudah bangun sedari tadi, ikut menyimak celotehan Fajar yang unfaedah.

Fajar mendelik. "Nggak usah ikut-ikutan lo, amuba! Sono latihan mati lagi, daripada bangun malah ngebully gue, cih!"

Hendra nyengir. "Santai bang santai, babi ngepet kalau abis liar suka sensitif gini ya bawaanya?"

"Sialan lo!"

"Ya elah Jar pasti si Siti nuduh lo begitu karena ada alasannya, nggak mungkin nuduh gitu aja, gue percaya kok si Siti Sumiati baik." sahut Rey yang sibuk dengan game di tangannya.

Fajar menatap Rey tak percaya, seolah tersakiti.  "jadi lo lebih percaya si Siti, bos?"

"Yoi!"

"Nggak percaya sama gue?"

"Nggak lah, ngapain?"

"Yang teman lo gue apa Siti?"

"Siti dong!"

"Kurang ajar!" kesal Fajar melempar Rey menggunakan sepatunya yang membuat ponsel Rey terlepas dari genggaman.

"Wah, Rey! Songong dia, Rey." kompor Awan mulai memanas-manasi.

"Hantam aja udah anggota kayak gitu tuh, nggak ada sopan-sopannya sama ketua!" timpal Rama lebih gencar.

"Nggak ada akhlak emang!" Hendra ikut-ikutan.

"Nyok lah berantam lo berdua, biar gue jadi wasit."

"Pulang lewat mana Jar? Nama depan lo mau di tambahin almarhum, nggak?" tanya Rey memungut ponselnya lalu menatap Fajar intens.

JUST REYGAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang