18. BERANGKAT BARENG

5.7K 396 32
                                    

"SELAMAT PAGI BUNDA! SELAMAT PAGI DUA MANUSIA YANG KATANYA ANAK BUNDA!" sambut Rey setengah berteriak, ikut duduk di meja makan bersama Rindu, Chila, dan Riko.

Cio tidak ada? Dia sedang berada di luar negeri di temani Mr. Bagaskara untuk mengurus proyek disana.

"Lo anak pungut! Gue sama Iko sih beneran anak Bunda dan Papa." sahut Chila ketus.

"Baby boy, kamu benar mau pergi sekolah hari ini? Istirahat aja dulu di rumah, Bunda khawatir, ih! Nanti kalo tiba-tiba kamu pusing gimana?" Rindu masih khawatir, Rey baru saja pulang dari rumah sakit kemarin sore, masa mau langsung masuk sekolah?

"Rey udah gapapa Bunda sayang.." meskipun Rey berkata demikian, namun kekhawatiran Rindu masih sangat terlihat di wajahnya.

Rey yang mengerti posisi Bundanya pun menghampiri lalu merangkul Ibu muda itu dari belakang, mencium pipinya sekilas. "Rey itu keturunan Bunda, udah pasti kuat. Cuma di pukul balok doang sih nggak ada rasanya, jadi Bunda tenang aja, oke? Baby boy mu ini udah baik-baik aja." jelas Rey memberi pengertian.

"Beneran?"

"Masa Rey bohongin Bunda, nih lihat udah sehat banget aku tuhh." melihat perubahan raut wajah Rindu yang sedikit tenang, Rey menarik kursi kemudian kembali duduk.

"Bacot lo ah pagi-pagi, gue pengen sarapan dengan tenang nih." seloroh Riko.

Rey mendelik tajam, menunjuk-nunjuk Riko menggunakan garpunya. "Kalau lo pengen tenang, sono ke pangkuan Tuhan! Jangan di rumah gue."

Riko melotot. "Rumah ini bahkan lebih dulu jadi punya gue waktu lo masih di pangkuan Tuhan!"

"Ck! Kalian berdua apaan sih berisik banget? Masih pagi juga. Nggak capek apa? Lo, Iko. Bisa nggak mulut lo diam sebentar? Jangan ngusik Rey terus." sahut Chila yang sudah mulai jengah dengan pertengkaran Riko dan Rey yang selalu berjalan setiap hari.

Rey tersenyum penuh kemenangan, menatap Riko dengan pandangan remeh, merasa mendapat pembelaan dari Chila__kakak perempuannya.

"Lo juga, Rey! Udah tahu abang lo nyebelin, ngapain masih di tanggapin? Sama aja lo berdua!"

Bahu Rey seketika merosot saat Chila mencecarnya juga. Keadaan berbalik, kini Riko tersenyum mengejek ke adah Rey.

"Chilok! Lo nggak tahu-menahu urusan para cowok! Nggak usah ikut campur!" timpal Riko memelesetkan nama Chila menjadi Chilok.

"Tahu tuh, kak Chilok! Huuuu.." seru Rey ikut-ikutan.

Lihatlah dua lelaki itu sekarang, mereka malah kompak menyerang Chila. Chila melotot, hendak membalas tu dua kutu kupret namun suara Rindu menghentikan aksinya.

"Kalian bertiga ini kenapa sih?! Ribuuut terus, Bunda pusing lihatnya! Udah cepat habisin sarapannya." lerai Rindu.

"Kak Chilok sama bang Ikolor cupang tuh Bunda."

"Riko kampret sama si Rey kutu landak yang mulai duluan, Bun."

"Tuh si Rey jelek sama si Chilok Bun berisik, nyebelin mereka."

"ALLAHU AKBAR! RIKO, REY, CHILA! LAMA-LAMA BUNDA BUANG KE TONG SAMPAH YA KALIAN BERTIGA!"


*****

Reina menuruni tangga dengan langkah gontai, wajahnya murung tidak seceria biasanya. Penyebabnya apalagi jika bukan Darren yang tak kunjung ada kabar. Reina bingung, sebenarnya ada apa sampai Darren menghilang seperti ini?

"Rei, sarapan dulu sini." panggil Raya melihat Reina yang sudah bersiap berangkat sekolah.

"Nggak deh Ma, Rei sarapan di sekolah aja. Pamit ya.." Reina menyalami Raya, mengecup pipinya sekilas. "Assalamualaikum.."

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now