47. BERAPA LAMA LAGI?

3.4K 301 261
                                    

"UDAH sebulan kamu tidur Rey, masih nggak mau buka mata juga?" Reina berujar lirih, menyapu wajah Rey yang masih damai dalam lelapnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"UDAH sebulan kamu tidur Rey, masih nggak mau buka mata juga?" Reina berujar lirih, menyapu wajah Rey yang masih damai dalam lelapnya.

"Kapan kamu bangun? Kapan aku harus terus ngomong kayak ini tanpa ada respon dari kamu?" tangan Reina bergerak memainkan jemari Rey yang bebas dari alat medis.

"Aku kangen kamu.."

"Bunda kangen kamu.."

"Keluargamu kangen kamu.."

"Readers JR juga kangen kamu.."

Reina menghela napas, menekan dadanya kuat agar rasa sakit itu sedikit berkurang.

"Ayok, Rey. Buka mata kamu.."

Tidak bisa jika tidak menangis, mata Reina selalu panas saat berhadapan dengan diamnya Rey begini.

Puluhan hari sudah terlewati, Dokter Rizal mengatakan kondisi Rey juga semakin membaik, namun anehnya kenapa Rey masih setia menutup matanya.

"Apa ada sesuatu yang buat kamu menunda sadar kamu, Rey?"

"Jangan kayak gini, Reina mohon.."

Reina buru-buru menyeka air matanya yang hendak terjun bebas di pipinya. Reina tidak boleh menangis, Rey pernah bilang dia tidak suka Reina sedih, Reina harus kuat.

"Kamu tau, nggak? Seminggu yang lalu markas Ravega di serang geng Antrax, mereka cari gara-gara terus, alhasil Ravega tawuran buat ngusir para kuman itu." Reina mulai bercerita, seperti yang akhir-akhir ini sering ia lakukan.

Ada yang pernah bilang, meskipun seseorang mengalami koma, tapi dia bisa mendengar apa yang orang lain katakan padanya. Jadi, Reina cuma berusaha berinteraksi agar Rey mau tertarik dan jiwanya mau kembali ke raganya.

"Selang beberapa hari, aku dengar dari Salfa kalau Ravega juga balas dendam sama Meteor karena nggak terima Tirta nembak kamu. Mereka semua bonyok, nggak ada yang mau ngalah. Sampai tiba-tiba ada warga yang misahin mereka dengan mengancam bakal lapor polisi." Reina tiba-tiba tertawa, tawa palsu yang menutupi rasa sakitnya.

"Pasti lucu deh kejadian itu, Ravega dan Meteor langsung kicep sama warga."

Hening, Reina mengusap rambut Rey yang kian memanjang dengan tatapan sendu.

Andai saja Rey tahu, sebulan belakangan ini hari Reina benar-benar hampa. Kosong seperti rumah tak berpenghuni. Sepi, tanpa gombalan receh Rey, tanpa kerusuhan Rey yang selalu merecokinya kalau sedang rapat osis, dan tanpa manisnya lesung pipit Rey yang terbit kala Reina menggobalinya balik. Reina sangat rindu moment itu.

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now