48. DIA BUKAN BABY BOY

3.7K 321 228
                                    

REINA berlari sekuat tenaga menyamai langkah lebar Riko di lorong rumah sakit yang sudah sepi ini. Riko bilang, Rey sudah mau membuka matanya. Mendengar itu, sontak membuat hati Reina yang tadinya selalu murung berubah cerah.

Reina senang, benar-benar senang.

Akhirnya ....,

Sakitnya menjelma bahagia.

Sumber cintanya kembali hidup.

Pelindungnya kembali membuka mata.

Rey'nya telah berhasil berjuang melawan takdir yang ingin membawanya.

Tuhan... Terimakasih sudah mengembalikan jiwa Rey ke raganya. Aku janji, akan terus memperjuangkan dia apapun yang akan terjadi kedepannya. Terimakasih, terimakasih mau berbaik hati membuat Reina senang..

Reina menghentikan larinya ketika sudah sampai di depan ruang rawat Rey, Ia dan Riko di sambut wajah berseri serta senyuman lebar para anggota Ravega yang juga turut bahagia karena ketuanya berhasil melewati masa-masa sulitnya.

"Kalian nggak masuk?" tanya Reina pada anggota Ravega.

"Nanti aja bu bos, biar keluarga sama lo aja duluan, kita mah gampang." Hendra, dengan sumringahnya menjawab.

Reina mengangguk, beralih ke Riko. "Kak--"

"Lo duluan, gue biar bareng Ravega." sahut Riko memotong perkataan Reina, mengusap bahunya seraya berkata, "Dia pasti nunggu lo, dek. Cepat! Buang rasa rindu yang nyiksa lo selama ini dengan tatap muka dia sepuasnya."

Reina memejamkan mata sejenak, berusaha menetralkan perasaannya yang semakin bergejolak. Jantung Reina bahkan berdetak lebih cepat, gugup sekaligus tidak sabar melihat tatapan milik Rey yang selalu memandangnya teduh, dan semoga ..., tatapan itu masih sama seperti dulu.

Tangan Reina meraih knop pintu, di putarnya lalu kemudian membuka nya pelan-pelan.

"Bismillah.." gumam Reina. "Assalamualaikum..."

Pintu terbuka, beberapa orang yang berada di sana memenuhi penglihatan Reina. Bunda Rindu, Papa Gracio terhormat, Chilla, Lea, dan ..., Dia! Reygan Arsenio Wirayudha yang telah membuka matanya tengah bersandar di bangsal dengan kepala menengadah.

MasyaAllah...

"Walaikumsalam.." jawab mereka semua.

"Eh? Mantu Bunda, sini, sayang.. Rey-nya kamu udah sadar, nih.." nada bicara Rindu begitu ringan, sudah jelas Ibu muda itu pasti sangat-sangat bahagia putra bungsunya bangun dari koma setelah sekian lama.

"Rakyat, kayaknya kita kasih waktu buat Rey dan Reina berdua deh, pasti mereka mau kangen-kangenan.." goda Chilla.

"Setuju, setuju! Ayok para kesayanganku kita keluar, biarkan baby boy dan baby girl nya Bunda melampiaskan rindu mereka masing-masing.." timpal Rindu, memboyong suaminya keluar di ikuti Chilla di belakangnya.

"Aku keluar dulu, ya? Kalau kamu perlu apa-apa bilang aja." ujar Lea, di angguki oleh Rey.

Sebelum beranjak Lea menjulurkan tangannya mengusap pipi Rey lembut, membuat Reina yang menyaksikannya meringis. Jujur, ada perasaan tidak suka saat miliknya di sentuh cewek lain.

Tunggu, miliknya? Bahkan Rey sudah bukan siapa-siapa lagi bagi Reina. Jadi, Reina sudah tidak berhak apapaun atas Rey, bukan?

"Manfaatkan waktu sebaik mungkin ya, Rei. aku yakin kamu bisa." bisik Lea di telinga Reina yang di balas seutas senyum tipis.

Atmosfer di ruangan ini seketika berubah saat Lea hilang di telan pintu yang sudah tertutup, menyisakan Rey dan Reina di tengah kesunyian malam. Reina berjalan pelan dengan binar terpancar di netranya, hatinya sejuk mata itu kembali terbuka. Reina pun memanggil Rey yang belum juga menatapnya.

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now