54. ANCAMAN DARREN

3.4K 299 185
                                    

SENJA di sudut langit sudah hilang terbias malam yang bercorak bintang, jangkrik pun mulai bersuara menandakan hari sudah malam. Rey dengan kaos maroon serta blomer yang melekat di tubuhnya mengawang menatap langit-langit kamar dengan posisi rebahan.

Pikirannya terus berkecamuk mengingat tangisan pilu Reina di taman sore tadi. Sorot terluka yang gadis itu pancarkan menyentil hati Rey, bayang-bayang saat dulu Rey memperjuangkannya mati-matian tiba-tiba menelisik ingatan, seolah memaki Rey kenapa bisa begitu tega menyakiti Reina.

Padahal, Darren terbaring di rumah sakit saja penyebabnya karena Rey tidak terima bajingan satu itu membuat Reina menurunkan hujan dari matanya. Tapi apa? Kemarin dan sekarang malah Rey sendiri yang mendatangkan badai untuk gadis yang katanya ia cintai itu.

Mengerang, Rey mengacak rambutnya prustasi. Kenapa semuanya jadi rumit begini sih?!

Sebenarnya tidak akan rumit jika saja Rey tidak judes pada Reina setelah bangun dari koma.

Ting!

Satu pesan masuk ke ponsel Rey, meraih benda pipih tersebut lalu membacanya.

Kedua alis Rey seketika menukik tajam, tangannya mengepal menahan amarah yang ingin segera di salurkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kedua alis Rey seketika menukik tajam, tangannya mengepal menahan amarah yang ingin segera di salurkan.

Apa-apaan si Darren banci ini? Tiba-tiba mengirim pesan lalu mengancam nyawa seseorang. Dia gila kah? Menggunakan umpan hanya untuk mengancam Rey, cih! Memalukan. Geram, Rey langsung menelponnya.

"Gini caranya ketua Meteor ngajak war? Jadiin orang lain umpan? Lo sadar nggak lo mirip banci?" ujar Rey skiptis, paling tidak suka di ancam dengan melibatkan orang lain yang bahkan tidak tahu apa-apa.

Terdengar tawa dari seberang sana, tawa remeh yang memuakan di telinga Rey.

["Wahhh, santai bro santai.. Ngegas amat lo kayak habis di putusin."]

Tak mengindahkan, Rey malah semakin emosi. "Sentuh dia, habis lo di tangan gue!"

["Duhh, Ketua Ravega galak banget deh, jadi takut gue."]

"Urusan lo sama gue! Jangan bawa orang lain yang nggak tahu apa-apa!"

["Bacot! Mending lo datang kesini kalau nggak mau ni cewek gue apa-apain. Ingat! Sampai gue nemuin satu anak Ravega ikut selain lo, jangan harap dia masih bisa liat matahari besok! Oh ya, 30 menit dari sekarang."]

Tut!

"Sial! Bangsat lo Darren!!"

Tanpa babibu lagi, Rey bangkit dari king sizenya, menyambar kunci motor dan jaket kemudian berlari keluar kamarnya__mengabaikan Rindu beserta buntutnya a.k.a Riko dan Chila yang bertanya penasaran, waktu Rey cuma sedikit, jalan Prakasa 5 lumayan jauh dari mansion Papa Gracio terhormat, dan Rey tidak boleh bergerak lambat!

Sebelum pergi ke tempat tujuannya, Rey terlebih dahulu mendatangi rumah di depannya, memastikan apakah benar dia yang di jadikan sandra oleh Darren.

"Bi, Lea ada di rumah?" tanya Rey dengan napas memburu, panik. Rey takut itu beneran Lea, pasalnya tadi sore mereka sempat bersama.

"Loh? Bukannya non Lea sama den Rey?" bi Marni bertanya balik.

Tuh kan!

"Tadi sih iya, bi, tapi pas pulang sekolah Lea minta di antar ke rumah temannya karena mau ngerjain apa gitu tugas ekskul, jadi Rey tinggal."

"Astaga! Non Lea belum pulang den dari tadi, bibi kira main di rumah aden ngobrol sama Bunda Rindu kayak biasanya, jadi nggak bibi cariin.." jelas bibi memberitahu.

"Gusti nu Agung kemana anak itu? Mana sudah malam, gimana kalau Tuan pulang kantor non Lea masih nggak di rumah, den? Bibi takut di marahin.." sambungnya cemas.

Anjing lo, Ren. Kalau sampai Lea kenapa-napa, gue pastiin, kuburan bakal jadi rumah lo selanjutnya.

"Yaudah bi, Rey pamit dulu, mau cari Lea.." tidak menunggu lama lagi, Rey menaiki motornya dengan tergesa, melesat secepat kilat menyelamatkan putri kecilnya.

Lea ..., tidak boleh kenapa-napa!

Tepat sesaat Rey tertelan persimpangan jalan, sebuah taksi berhenti memunculkan sosok yang baru saja sangat di khawatirkan Rey dan bi Marni. Bahkan, bibirnya terpatri senyum cerah untuk pak supir kemudoan melambaikan tangan pada art nya yang menghampiri dengan wajah kelegaan.

"Ya ampun, nonn.. Darimana aja atuh? Bibi sama den Rey panik nyariin non Lea belum pulang-pulang.."

Lea yang masih menggunakan seragam abu juga tas di gendongannya mengerutkan kening. "Maksudnya, bi?"

"Tadi den Rey kesini nanyain non Lea udah pulang atau belum, khawatir banget mukanya.."

Hah? Serius? Bentar-bentar. Kenapa Rey panik? Bukannya dia sudah tahu Lea mengerjakan tugas ekskul English club di rumah temannya?

"Nggak bohong, bi? Kok aneh, ya? Kan Rey tahu aku ngerjain tugas di rumah teman, masa lupa? Malah tadi tuh Rey sendiri yang antar.." ungkap Lea menyampaikan kebingungannya.

"Bibi nggak tahu non kesitunya.."

Lea membuang napas gusar. "Sekarang Rey dimana?"

"Udah pergi, bilangnya nyari non Lea.."

"Aduh!" Lea menepuk dahinya, menatap iba lengangnya jalanan. Ponsel Lea habis baterai, jadi tidak bisa menghubungi orang rumah. Stupid! Kasian Rey pasti kepusingan mencari Lea kesana kemari.

"Yaudah bi, masuk aja, yuk! Lea laper nih, masalah Rey nanti biar Lea telepon."

"Iya, non.."







*****
















WADOH LEA ADA TUH, TERUS SIAPA YANG DI MAKSUD DARRENNN?





ADA YANG MAU DI SAMPEIN BUAT LEA?

ADA YANG MAU DI SAMPEIN BUAT LEA?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



































OKE, SEE YOU DEAR!





































___NDA SASA___

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now