10. PENAWARAN CHILA

5.9K 352 8
                                    

REY menyembulkan kepala keluar pintu, melihat suasana dan kondisi rumahnya. Sepertinya Rindu dan Riko sedang berada di ruang tamu, terdengar cekikikan Riko yang menggema.

Tadi, Rey di kabari Dimas kalau geng Meteor--oh lebih tepatnya ketua Meteor menantang Rey untuk balapan liar malam ini di tempat biasa mereka ngetrek. Kebetulan sekali bukan? Rey bisa sekaligus balas dendam atas pembakaran jaket Ravega kemarin yang sempat tertunda.

Jadi, sekarang Rey harus memutar otak agar Rindu tidak mencurigainya untuk keluar, pasalnya ini sudah menunjukan pukul 21.00 Wib.

Memang belum terlalu malam, tapi Rindu yang over nya kelewat batas itu tidak akan membiarkan Rey keluar begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Kecuali, Rey sudah keluar dari pukul 19.00 Wib. Mau tidak mau Rindu tidak bisa berbuat apapun jika Rey akan pulang tengah malam.

Rey berjalan perlahan menuruni satu demi satu anak tangga, mengatur raut wajahnya supaya terlihat tenang. Rey membuang napas pelan menghampiri Bundanya.

"Bunda.." panggilnya.

Rindu menoleh, netranya langsung menangkap pakaian yang di kenakan Rey. Rapih, mau pergi kemana putranya itu? "Baby boy, kamu mau kemana? Rapih banget."

Rey menggaruk tengkuknya tak gatal, kenapa ia jadi gugup begini. "Anu--Rey keluar bentar ya Bun? Ada urusan sama temen-temen."

"Urusan apa?" tanya Rindu penuh selidik, membuat Rey semakin kikuk.

"Ee--urusan anu--itu Bun, ngerjain tugas! Iya ngerjain tugas kelompok Kimia dari Bu Inggit."

"BOHONG TUH, BUN!" Riko yang sedang mengunyah keripik kentang tiba-tiba berteriak, Rey menatap tajam abang menyebalkannya itu.

"Apaan sih lo?! Bohong apa? Jangan coba-coba ngeracunin pikiran Bunda, ya!" tukas Rey tak terima.

"Jangan percaya Bun sama si Rey, bener itu maksudnya beneran bohong." timpal Riko lagi, membuat Rey semakin geram.

"Heh, Riko! Gue tendang juga lo lama-lama dari sini, ngomporin mulu Bunda. Belum aja lo ngerasain tonjokan gue."

"Baby boy! Yang sopan sama abangnya. Nggak boleh kayak gitu!" nasehat Rindu. Sudah sangat bosan melihat Rey dan Riko selalu bertengkar tiap kali bertatap muka.

"Dia ngeselin Bun." dengusnya, sedangkan Riko menerbitkan smirknya, dan itu terlihat menjengkelkan di mata Rey.

"Ngeselin apa? Gue cuma mau menyelamatkan Bunda dari kebohongan ecek-ecek lo!" jedanya sebentar, "nih ya Bun, tadi tuh Iko pas keluar dari kamar mau turun ke sini dengar si Rey lagi teleponan sama si Dimas."

Rey melotot, jangan-jangan Riko mendengar pembicaraannya di telepon tentang balapan?

Gawat! Si Riko pasti mau ember ke Bunda.

"Oh jadi lo nguping pembicaraan gue di telepon?! Gak sopan banget sih!"

"Baby boy, diam!" kata Rindu penuh penekanan "Iko, lanjutkan."

Riko melirik Rey dari ekor matanya, dalam hati tertawa melihat tatapan Rey yang penuh permohonan, namun Riko tidak peduli, dia suka melihat Rey marah.

"Katanya ni kadal mau balapan liar Bun di jalanan, paling sama gengnya itu."

Rindu sontak menyorot tajam Rey seolah si bungsunya itu adalah mangsa yang akan di terkam, "Benar itu, Rey?"

"Ngg---anu Bun, itu--apa--" Rey tergagap.

"Masuk kamar sekarang!" titah Rindu tak terbantahkan, Riko semakin tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi Bun, mereka semua--"

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now