23. REY PELAKUNYA?

5.7K 356 17
                                    

SIANG hari saat jam istirahat kedua seperti ini, enaknya nongkrong di warung bi Tuti. Makan nasi anget-anget di temani kangkung dan sambal terasi. Itu pun kasbon berminggu-minggu sampai akhirnya dengan tidak tahu diri mereka meminta Rey untuk membayar. Pelakunya siapa lagi jika bukan teman-teman kacrut Rey, Ravega!

Namun, tentu saja bagi Rey itu tidak masalah. Mengingat keluarga Wirayudha adalah keluarga konglomerat yang bahkan kekayaannya bisa sampai tujuh turunan, delapan tanjakan, sembilan belokan, sepuluh anjlokan. Yang sangat tidak mungkin dalam sekejap menjadi gembel hanya karena mentraktir makan.

Berbagi itu indah, sisi baik Rey berbicara. Apalagi buat gelandangan seperti mereka. Oke, sisi belangsaknya ikut menimpali.

"Wah parah lo, Ndra! Nggak habis pikri gue." ujar Rama mulai mendramatisir suasana.

"Tahu lo, nyet! Tega amat, seharusnya lo contoh dong Dimas. Pendiam, nggak banyak bacot, stay cool terus! Nggak kayak lo diam-diam menghanyutkan. Ya kan, Dim?" Awan menimpali. Dimas yang memainkan ponselnya hanya bergumam.

"Gue kasih wejangan ya, Ndra. lo, kalau jadi manusia ya manusia aja. Nggak usah merangkap jadi buaya juga! Dosa lo maruk begitu." cetus Fajar.

"Perasaan gue nggak pernah ngajarin lo jadi bangsat ke cewek Ndra, astagfirullah.." Rey menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dasar buaya empang!" delik Rama melempari Hendra dengan kulit kuaci.

Fajar mengerutkan kening saat di rasa ada ucapan Rama yang tidak masuk di logikanya. "Ram, emang ada gitu buaya empang? Gue baru dengar dah."

"Tolol!" umpat Dimas yang sudah tidak tahan dengan kebodohan anak satu itu.

"Kemana aja lo baru dengar? Ngepet mulu banda emaknya si Siti, sih. Biar gue kasih tahu ya, Jar. Dari buku yang gue baca, buaya itu ada banyak macam jenis dan tempat tinggalnya. bukan cuma buaya sungai sama buaya empang doang." Rama berusaha menjelaskan, mulai meladeni kegoblokan Fajar yang sudah mendarah daging.

"Serius lo, anjay? Cepat sebut buaya apaan tuh? Kalau gue tahu pasti nyokap gue bangga punya anak pintar."

Rama mengusap dagu angkuh, duduk sembari menyilangkan kakinya berlagak menjadi seorang ilmuwan.

"Pertama, buaya yang tinggal di darat dan hidup di tengah-tengah pemukiman cewek, yang kalau di chat, "Hallo cantik? Boleh kenalan?" "Kenapa atuh? Sini cerita." "Udah makan belum kamu nya? Makan dulu dong, nanti sakit aku yang khawatir." "

"Hafal banget, Ram? Pengalaman sendiri?" sindir Dimas.

Rama nyengir kuda. "Jar, gue lanjut nih. Jenis yang kedua, nah ini, nih! Ini yang paling bahaya. Dia hidup di lingkup Ravega! Awas lo pada hati-hati tertular."

"Virus corona kali ah nular." cibir Rey.

Rama mendelik, mengabaikan cibiran Rey, kembali fokus ke Fajar. "mau tahu nggak lo siapa buayanya?"

"Siapa emang?"

"GUE!!" sahut Hendra tiba-tiba, Rama mengacungkan kedua jempolnya. Sialan!

"Nah! Tersangka yang di maksud akhirnya ngaku sendiri."

Hendra mendengus kasar, mengutuk teman-temannya yang sedari tadi terus memojokkannya tanpa tahu kebenarannya.

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now