45. ERLANGGA PUTRA MAHATMADJA

3.9K 284 103
                                    

REINA meremas tali tasnya erat-erat, menghembuskan napas berat untuk menetralkan degup jantungnya yang bertalu-talu.

Hari ini adalah hari Reina kembali ke sekolah setelah kejadian tiga hari lalu, saat acara pensi di bawah kendalinya gagal karena sebuah penyerangan dari geng motor tidak di kenal.

Lorong pagi ini yang tadinya sepi seketika berubah menjadi ramai dengan siswa siswi berlarian juga teriakan meminta pertolongan. Kericuhan, kehancuran panggung, serta lemparan batu memenuhi penglihatan Reina saat ingatan tersebut tiba-tiba muncul di ingatan.

Reina menggelengkan kepalanya kuat, mencoba menarik fokusnya kembali agar melupakan kejadian mengerikan itu.

Lagi, Reina membuang napasnya, melangkah pelan di pinggir lapangan hendak menuju kelasnya sebelum satu panggilan mengintrupsinya berhenti.

"Nana!"

Reina menoleh, mata nya membulat terkejut.

Tunggu, sosok itu--

"Rangga?"

Seseorang yang di panggil Rangga itu mendekat ke arah Reina, menampilkan senyum terbaiknya untuk Reina pagi ini.

"Apa kabar, Na? Udah lama nggak lihat makin cantik aja." katanya sembari terkekeh kecil.

Reina menjulingkan matanya, mencubit pinggang Rangga kuat membuat sang empunya mengaduh kesakitan.

"Aduh, Na! Kok gue di cubit sih? Sakit, anjir!"

"Bodo amat! Lagian lo kemana aja tiga bulan belakangan ini, hah?! Seenaknya aja pergi dan nyerahin semua pekerjaan ke gue. Lo nggak tahu apa seberapa kemungkinan nya gue setres gara-gara double job jadi Ketua Osis sekaligus wakil ketua osis!" semprot Reina mengeluarkan segala kekesalannya pada Rangga yang selama ini di pendam. Setidaknya, cowok menyebalkan satu ini mampu sedikit mengalihkan kegelisahan Reina.

Rangga sontak tertawa mendengar penuturan Reina yang kesal karena perbuatannya, mencolek dagu Reina bermaksud menggoda.

"Ututu tayang.. Makin galak aja, nanti banyak keriputnya tahu rasa."

"Berisik lo, Rangrang!"

Rangga tergelak, cemberutnya gadis yang dia panggil dengan sebut 'Nana' itu selalu membuatnya gemas.

"Iya deh iya, maaf.. Es krim spesial vanilla black waffle cone, gimana?" tawar Rangga mencoba bernegosiasi agar ibu negara tidak kesal lagi.

Rangga akui, ia memang salah telah membebankan Reina beberapa bulan lalu dengan menyerahkan seluruh tanggung jawab wakil osis padanya. Tapi mau bagaimana lagi? Keadaan mendesak Rangga untuk melakukannya.

Sedikit info tentang Rangga. Nama pendeknya, Rangga. Nama panjangnya, Ranggaaaa. Nama lengkapnya, Erlangga Putra Mahatmadja. Dan nama panggilan dari Reina, Rangrang. Kelas 11 IPA 5 yang merupakan wakil ketua osis SMA Merah Putih, bahasa akrabnya partner Reina dalam bekerja. Namun, sekitar tiga bulan lalu Rangga harus pergi keluar kota ikut bersama kedua orang tuanya untuk urusan yang tidak bisa ia jelaskan pada orang-orang terkecuali kepala sekolah dan guru BK saja, karena tentu Rangga harus mendapat izin dari mereka karena tidak masuk sekolah se-lama itu. Dan alhasil, dengan jabatan wakil osisnya yang masih melekat, Rangga meminta tolong pada Reina.

Mendengar penawaran Rangga, Reina lantas menoleh, matanya berbinar antusias. "Gue mau lima!"

Rangga mencibir, sudah ia duga ni kutu dugong bakal tidak tahu diri. "Gue baru balik kesini lagi Nana cantikkk, udah tega aja lo meres gue."

Reina mengangkat bahu acuh. "Tadi kan lo yang nawarin. Lagian itu nggak ada apa-apanya di bandingkan keringet gue yang udah berjatuhan ngerjain semua tanggung jawab lo!"

JUST REYGAN [COMPLETED]Where stories live. Discover now