10 - Aku butuh kamu

6.7K 258 0
                                    

"Mau bikin power point tentang tolak peluru kapan, To?" tanya Aleta begitu jam istirahat berbunyi.

Anto melempar tatapan malas. Antara malas satu kelompok dengan Aleta atau malas dengan orang-orang didalamnya, atau..

Atau apa? Apa salahnya satu kelompok dengan Aleta? Memangnya gadis itu salah? Memangnya Aleta terlalu bodoh? Enggak!

"Nggak tau ah, males gua."

"Oh." 

Dia beranjak, meremas kotak makannya erat. Ingin sekali berteriak memaki Anto mengapa harus malas terhadap pelajaran yang gurunya sangat sensitif. Tapi lagi dan lagi.. Di kelas ini Aleta harus mampu menahan rasa marahnya.

"Kenapa?" tegur Cyla menatap Aleta lama.

"Nggak." Aleta mampu menahan rasa marahnya, tapi tak mampu menutupi raut wajah yang kecewa. "Yaudah yuk, katanya mau ke kantin. Sekalian makan di kantin atau enggak?"

"Makan di lorong kelas aja, temenin beli nasi kuning aja. Lo makan di lorong juga, 'kan?"

Kecewa bisa ditunjukkan.

Amarah bisa diredam.

Lapar dan butuh bercerita pada Arion, itu yang sulit Aleta tahan akhir-akhir ini.

Mata Aleta melirik setiap manusia di kantin, tidak ada rombongan anak basket ataupun teman sekelasnya. Artinya sama saja tidak ada Arion di sana.

Aleta menghembuskan nafasnya berat, saat ini yang hanya bisa dituntaskan hanya rasa lapar saja. Bukan bercerita pada sang ketos.

"Arion enggak ada mba, nggak usah lirik-lirik ke sana deh." suara seseorang mengejutkan Aleta.

Bryan. Sejak kapan cowok itu ada di sampingnya, Aleta sama sekali tidak mau pusing memikirkannya.

Yang paling ia ingin temui saat ini adalah Arion nya langsung.. Hhfffttttt.

*

Seseorang mengetuk kepala Aleta, Aleta menoleh ke kanan tak ada siapa-siapa. Ke kiri, juga hanya tumpukkan buku usang dari rak perpustakaan yang sudah lama tak dijangkau.

Ia kembali membaca huruf-huruf di bukunya, malas menanggapi seseorang yang sedang bermain-main dengan dirinya.

Mood nya sedang tidak baik.

Arka sedang sibuk dengan latihan-latihan soal di dalam kelasnya. Jadi siapa yang bisa mendengarkan curahan hati seorang Aleta? Tidak ada!

"Nengok sebentar kek.:

"Kok kesini?"

"Kata Bryan lo nyariin gua."

"Bohong! Orang cuma natap para manusia kantin, emang artinya nyariin lo?"

Arion nyengir, menyugar rambutnya. Aleta meringis, menopang dagu dengan tangannya. Matanya mulai berair, ingin sekali menangis di hadapan Arion. 

Namun dari Arion, lama-lama dirinya semakin mendekati kata gengsi.

"Rasanya.." Aleta menarik nafasnya dalam-dalam. "Pengen mati."

"Mati untuk?"

"Terlepas dari beban."

Tangis Aleta pecah, tawa Arion seketika meledak sambil mengusap pipi Aleta yang banjir oleh air mata kesedihan.

Selain tidak mampu tanpa Arka, secara tidak sadar hati Aleta juga tak mampu jika tak bercerita pada Arion.

"Kalo lo mati, gua ikut."

Aleta melengos kasar, kemudian kembali menatap Arion tajam dengan matanya yang semakin memerah.

UNLIMITED LOVE #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang