20 - Misi menyelamatkan Arion

3.9K 168 3
                                    

Pagi-pagi sekali Celine rela duduk di depan pagar rumah Arion sejak subuh tadi. Sudah siap dengan seragam dan tas sekolahnya, berulang kali menepuk kulit tangan dan wajahnya untuk mengusir nyamuk yang masih berpatroli di tubuhnya.

"Demi bareng Arion." gumamnya dengan yakin.

Ini hal bodoh pertama kali bagi Celine. Cuma demi kulkas berjalan yang selalu kasih hawa terlalu dingin saat ada orang yang lain yang berusaha mendekat.

Arsha dan Araya keluar terlebih dahulu, kalau pagi-pagi begini mereka berdua memang paling hobi buat jalan pagi keliling komplek. Mata Araya mengerjap heran.

"Kenapa Ya?" Tanya Arsha memperhatikan Araya serius.

"Sejak kapan di depan pagar rumah kita ada hantunya?" jawab Araya bertanya ngawur, Arsha langsung menyikut lengan saudaranya itu gemas.

"Ngomong yang bener!"

"Ih beneran tuh, liat apaan putih-putih yang duduk."

Arsha menoleh, "Gua liat dulu, lo di sini aja."

Araya mengangguk-angguk seperti anak kecil. Urusan hantu-hantu begini, Araya emang selalu angkat tangan dan biarin Arsha yang urus.

Arsha memiringkan kepalanya, mendapati gadis super ribet yang ternyata duduk sambil memeluk tas nya.

Itu Celine. Hm.

"Sini Ya, ini si cewe ribet." gerutu Arsha sambil menarik Araya mendekat. "Ngapain dia Sha?"

Arsha mendengus sebal, "Mana gua tahu, emang gua isi hati nya Celine yang terabaikan?!"

Araya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Enggak bisa, enggak bisaa! Nanti Arion enggak bakal sekolah kalau ada dia di depan gerbang."

Keduanya saling melempar tatapan usil, "Kita- eh nggak, gini aja Sha.. Lo suruh dia bangun bilang Arion enggak ada. Gua ikut Arion naik mobil dengan alasan lain, setuju?"

Arsha menautkan kelingkingnya tanda setuju. Keduanya sudah berjalan menjalani misi menyelamatkan adik dari gadis centil.

Celine.

*

Arion sudah rapih dengan seragam hari senin nya. Biasanya anak lelaki paling lama soal bangun pagi, entah itu hari biasa ataupun hari senin dimana macet lebih mendominasi di setiap paginya.

Mungkin karena ia menjadi Ketua OSIS, makanya semua hal itu sudah terbiasa. Eh, enggak ya, Arion emang udah kayak gitu dari kecil. Bangun paginya melebihi Arsha dan Araya yang seharusnya bangun pagi bantu-bantu orang tua nya merapihkan rumah.

Senyum tipis Arion mengembang, ia menatap wajahnya dengan seksama.

Arion berdecak kemudian menyugar rambutnya, "Emang gua yang paling ganteng dirumah ini."

Kalau Arion udah se-PD ini, yang lain bisa apa selain mengiyakan kata Arion. Lagian itu memang fakta, kalau bukan fakta juga Arion malas mengucapkannya.

"Ar, udah selesai belum pakai bajunya?" tanya Araya pelan.

"Udah, masuk." jawab Arion singkat, jelas, dan padat. "Anu Ar... Jadi gini, aduh gini Ar.."

Arion mendengus sebal, "Langsung ke inti."

Oke. Langsung ke inti.

Araya mendekat, duduk di pinggir ranjang Arion yang teramat besar untuk ditempati seorang diri. Sedangkan Araya dan Arsha yang satu kamar saja hanya memakai ranjang yang pas-pas an untuk mereka berdua.

Arion emang benar-benar Dewa!

"Antar gua ke toko bunga yang di dekat kantor pos ya, pagi-pagi gini juga udah buka kok. Cukup antar aja terus ting-"

"Siapa juga yang mau nunggu lo?"

Araya mendelik, "Oke, oke, naik mobil ya?"

"Ga."

"Lah kenapa? Polusi Arion, polusi."

"Masih pagi, Kak."

"Iya tapi kan gua masih ngantuk, kalo gua ketiduran terus jatuh gimana?" tambah Araya agar Arion menyetujui kemauannya.

"Jangan tidur."

Arion adalah contoh manusia di bumi yang terlalu apa adanya jika berfikir. Buat apa rumit-rumit? Toh setiap manusia pada akhirnya akan balik ke rumah Tuhan, iya kan?

Araya menyorot Arion sambil memelas, adiknya dingin ini pasti akan selalu luluh jika Araya ataupun Arsha meleparkan sorotan mata seperti ini.

"Iyaa ah iya!"

"Aaaaaaaa makasih Arion-" Arion segera menjauh saat Araya mulai merentangkan kedua tangannya mengajak berpelukan. "Gua buat Aleta, bukan lo."

Araya mengiyakan saja. Yang penting Arion enggak tahu kalau didepan rumahnya ada si gadis centil itu.

*

Celine menunduk lesu berjalan menuju sekolahnya dari rumah Arion, Arsha bilang Arion enggak ada di rumah berarti cowo itu diam-diam pergi ke sekolah tanpa sepengetahuan dirinya.

"Belum nasib, siapa tahu kapan-kapan kejadian."

Kalau Arsha dan Araya dengar ucapan penuh harap Celine ini, udah pasti diteriakin, "NGGAK BAKAL!"

"Mau bareng nggak?" tanya Dimas yang sebenarnya malas menegur Celine, tapi apa boleh buat? Wajah gadis itu tampak putus asa. "Buruan naik."

Celine melongo menatap Dimas, bukannya Dimas salah satu dari orang yang menatapnya sinis saat baru pertama kali ia datang ke SMA itu?

"Dimas, 'kan?"

"Hmm."

"Kok lo baik?!" tanya Celine tanpa basa-basi.

"Cuma sekali ini aja, besok-besok gua juga ogah boncengin orang yang datang ke sekolah cuma buat ngerebut pacarnya cewe lain. " jawab Dimas terdengar seperti menyindir tentang perpindahan Celine ke sekolah nya.

Celine juga tanpa dikasih tahu dia sudah sadar bahwa yang Dimas jadikan bahan sindiran adalah dirinya.

"Buat kalian, Aleta spesial banget ya?"

"Iyalah.." jawab Dimas ngegas, "Dia orang pertama kali yang buat Arion bener-bener jatuh cinta."

Dimas tertawa meremehkan sambil melirik spion motornya, "Bukan jatuh cinta sama orang yang ngejar-ngejar dia."

Lagi-lagi Dimas menyudutkan Celine. Setidak suka itu kah mereka jika Arion bersamanya? Dan se-spesial itu kah Aleta hingga mereka merasa terancam saat Celine pindah ke SMA mereka.

Sebenarnya mereka bukan takut Celine merebut Arion karena Celine mempunyai hati yang baik, stop, ini bukan sinetron begitu! Ini dunia nyata, Dim. Ingat, dimas menganggap dirinya sebagai manusia yang berfungsi untuk menyelamatkan cinta antara dua sahabatnya itu.

Jadi kalau ada yang berani-beraninya mendekati garis batas? Siap-siap aja pasukan Arion akan menyerang orang yang mendekat.

Termasuk Celine.

UNLIMITED LOVE #1Where stories live. Discover now