2

309 26 0
                                    

Setiap malam hampir sama kecuali minggu, Haechan yang tengkurap di lantai, Jaehyun yang tiduran di sofa mabar PUBG sama Haechan, sementara gue dan Renjun duduk di lantai, belajar bareng.

Diantara kita semua, Renjun yang paling pinter. Ibarat, dia itu masa depan keluarga yang cerah. Dimasa depan, mungkin Renjun dengan gampang dapat beasiswa kuliah.

"Njun, yang vektor dong. Gue nggak maksud-maksud."

"Dari tadi nanya vektor mulu."

"Lo udah belajar materi kelas tiga?" Jaehyun nimbrung di sela-sela suara tembakan dari gawainya.

"Bukan cuman materi kelas tiga aja Jae, materi sbm juga udah di kuasai sama Renjun."

Jaehyun bangkit, mengambil keripik singkong di meja. "Subhanallah banget Njun. Idaman. Gue aja pengen balik ke kelas dua biar bisa santai-santai lagi."

"Anjay. Lo mau mundur kelas Jae, gue malah pengen buru-buru kelas tiga terus lulus. Bosen, tiap hari liat wajah-wajah itu mulu. Apalagi kalo dirumah. Beh, gue sampe enek sendiri liat muka lo semua."

Haechan yang tadi khusyuk dengan gawai mulai menimpali.

"Anjir. Haechan bilang gitu nggak nyadar diri banget. Andaikan lo bukan sodara gue, pengennya dituker tambah sama yang mendingan dikit. Sayangnya yang mau nampung lo aja nggak ada kecuali disini."

"Dia mah cuman bosen ke orang kantin sama guru BK. Orang seringnya pas pelajaran malah kabur ke kantin."

Renjun menanggapi Jaehyun, dia yang sekelas sama Haechan. Bersyukur gue tuh nggak sekelas sama mereka. Kalo iya, mungkin gue udah kalah saing sama Renjun buat dapetin rangking satu.

Pintu yang diketuk membuat kita semua diam, lalu saling melempar pandang kecuali Haechan yang langsung nyeletuk. "Yang merasa cewek, tolong pintunya bukain."

Gue dari tadi anteng, tiba-tiba diusik oleh manusia jelmaan ini. Gue berdecak, "itu namanya diskriminasi gender tau."

"Udah bukain aja. Tinggal berdiri terus tarik pintu aja, kayak orang susah nggak punya tangan sama kaki."

Hellow, Jaehyun! Kalo lo tau dan bisa dengan gampang ngomong kenapa nggak diri lo aja yang bukain pintunya.

"Nggak baik tau bikin tamu nunggu."

Renjun! Kalo lo ngerti begitu kenapa nggak lo aja bukain? Bangke! Saudara macam apa yang begitu?

Gue melangkah karena pintu yang berulang kali di ketuk. Menarik knop dan mendapati tiga orang berdiri di luar. "Maaf, cari siapa?"

"Arum ada?"

"Ooh, tante ada. Sebentar, silahkan masuk dulu."

Gue menendang Haechan yang masih tengkurap. Menyuruh dia membersihkan kulit kacang yang berserakan, memberikan kode Jaehyun dan Renjun buat membereskan meja dan barang-barang gue.

[not] CinderellaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt