85-end

241 17 3
                                    

Jalan-jalan ke Mcd jadi gagal total gara-gara somay yang gue pengen malah membawa petaka. Gigi sakit, kepala yang tiba-tiba jadi ikut pusing bikin gue guling-guling di kasur.

Sedikit terisak sambil menutupi kepala dengan bantal. Sakit gigi gini banget deh. Jadi pengen ngambil tang nya Om Galih buat nyabut gigi sendiri.

Renjun, Jaehyun sama Haechan udah gue usir, takutnya jadi bahan pelampiasan doang. Misal mau nabok, nyekek, atau mengumpat karena kesakitan.

Rambut juga gue jambak-jambak sendiri karena puyeng. Saking nggak karuannya, badan gue di kasur sedangkan kepala menggantung setengah lantai.

Jadi pengen nyekek diri sendiri. Potong urat nadi deh. Astaghfirullah.

ANJING.

Padahal gue udah kalem, mendingan dikit. Tapi suara ketukan pintu mengganggu ketentraman gue. Mau ngamuk, lagi nggak nafsu. Jadi gue cuman menutupi wajah dengan bantal.

"Aya, saya bawain obat."

Aduh! Kok Taeyong kesini sih?

Gue membuka bantal, menarik diri untuk di tegakkan, mencoba duduk dan terlihat baik-baik aja meski itu nggak membantu banyak karena rambut dan baju yang udah nggak karuan.

"Tadi Renjun bilang kamu sakit gigi, saya bawain obat. Diminum dulu."

Sejak kapan Renjun jadi tukang lapor? Well, sepuluh dari sekarang dia bakal jadi suami gue. Tapi ya nggak harus cerita semuanya tentang gue setiap waktu juga kali si Renjun.

Dan dengan mudahnya gue menuruti perintahnya. Bukan karena label anak baik dan calon istri yang ideal, tapi gue susah menolak permintaannya. Nggak mungkin gue ngamuk-ngamuk bahkan nyakar dia menolak minum obat kayak ke sodara gue yang lain.

Dia itu Taeyong. Bukan Jaehyun, Renjun, atau juga Haechan. Dia bukan orang yang sekarang gue anggap dekat. Dia hanya orang asing yang dulu pernah bikin gue nyaman dengan kesalah pahaman.

He is my brother, no more.

Tapi kata itu harusnya berusaha dihapus dari hati gue. Dia calon suami. Gue hanya harus menerima dengan perasaan lebih lapang lagi. Membuka sebagian ruang buat hanya ditempati dia seorang. Tempat yang katanya spesial.

Karena dia Tasyong, orang yang sekarang mengelus kepala gue dengan penuh perasaan. Tangannya menyalurkan kasih sayang yang harusnya gue syukuri.

Dia pernah berkorban buat gue, bilang pernah jadi wali gue, dan selalu mendorong gue buat nggak jadi cewek penakut. Dia yang bilang akan ada buat gue, di belakang gue mensupport, dan di samping gue mengasihi.

Dia yang katanya akan memperjuangkan gue. Reza Taeyong Lienata. Terima kasih.

Tangannya makin melembut di kepala, dan samar gue mendengar dia bilang, "kamu akan jadi tanggung jawab saya sampai saya menghembuskan nafas terakhir."














Yeeeeeaaaay😁😁😁😁😁😁😁😁🥳

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yeeeeeaaaay😁😁😁😁😁😁😁😁🥳

[not] CinderellaWhere stories live. Discover now