32

116 16 0
                                    

"Jiaya?"

Gue mengerjap, menghentikan aktivitas mengambil minum. Menatap seorang yang berjenis kelamin laki-laki di depan pintu dapur.

"Aya." Jawab gue membenarkan nama panggilan.

"Huajin Jiaya Callia. Right?"

Gue mengangguk. Untung nggak bego-bego banget bahasa Inggris. Rumah sepi dikarnakan masih pukul setengah enam. Dan untung gue udah mandi, jadi bisa menyamarkan sedikit buluk yang ada.

Well, siapa sih ini? Dia pembantu baru? Nggak mungkin. Mukanya lumayan. Kayaknya bule.

"Nice to meet you."

Gue tersenyum canggung. Cowok aneh yang gue temui pagi ini adalah sodaranya Taeyong. Katanya sampe rumah ini tadi pagi jam empat bareng kedua orang ruanya juga yang sekarang lagi sarapan di depan gue.

"Oleh oleh gue mana Mark?"

Iya, namanya sama wajahnya bule. Tapi nyatanya, dia dateng dari malang. Nggak kaget sih, cuman aneh aja.

Orang tua Mark itu lumayan ramah, mereka tersenyum memeluk gue seolah gue juga udah masuk bagian keluarga ini sejak dulu. Semua orang kayaknya udah tau kalo gue itu sodaranya Taeyong. Mungkin mamah sama papah diem-diem bikin pengumuman kali ya.

Dan kalo lo pengen tau, yang namanya Mark itu-

"Aya!"

Gue menoleh, mendekat ke Mark yang udah melambaikan tangan. Dia tersenyum dan bilang, "duduk sinih."

Udah, nurut aja dulu. Inget, Mark itu sodara Taeyong yang sebenernya, jadi dia lebih berhak di rumah ini daripada anak angkat kayak gue.

"Gimana Taeyong?"

Gue tersenyum canggung, ya gimana dong? Gue aja jarang perhatiin dia.

"Taeyong ganteng kan?"

Gue senyum kaku lagi, mengusap daun telinga.

"Gantengan siapa sama gue?"

Ini orang nggak jelas banget sih. Mending tadi gue nolak aja duduk sini. Untung nggak lama, manusia yang lagi diomongin dateng.

"Mark."

"Apaan sih Bang?"

"Lo jadi lanjut ke Kanada?" Tanya Taeyong setelah menaruh pantat di sofa single samping Mark.

"Iyalah. Udah ketrima juga."

"Sendiri?"

"Enggaklah Bang. Sama papah. Tapi paling semester tiga papah udah kesini lagi."

"Salam deh buat Grandma."

Mark menaik turunkan alisnya, "sekalian bawa bukti aja Bang kesana. Sini gue fotoin."

"Mark! Awas lo kalo sampe kejadian. Diem dulu!"

Mark terkekeh, lalu- "Bang, inget nggak yang liburan ke New York waktu gue masih smp?"

"Ooh, yang bareng sama Yuta Winwin kan? Teman kuliah gue?"

Mark mengangguk. "Itu sih. Gila apa? Masa Bang Winwin cerita kuburan yang disana pas tengah malem."

"Dih, bukan itu doang kali Mark. Gue mah malah diceritain pas di mobil sebelum nginep ke hotel sana. Terus gue kan sekamar sama Yuta, gue nyalain musik pas tidur, takutnya denger suara apa gitu. Eh beneran-"

Gue sama Mark sibuk merhatiin lanjutan cerita Taeyong. Baru kali ini liat Taeyong cerita semangat bener. Gue aja sampe kebawa suasana.

"Gue tuh nggak denger apa-apa Mark. Kayak ketindihan gitu. Nggak bisa gerak, terus denger suara teriakan 'aaaaargh' di pintu. Pas tanya Yuta, katanya nggak ada apa-apa. Gila!"

"Makanya lo minta check out langsung paginya? Itu sih yang bertahun-tahun gue kepoin. Gue kira lo habis diliatin setan atau apa, soalnya Bang Yuta dulu bilangnya 'Taeyong habis ngalamin kejadian.' Kan ambigu banget."

Dan pembahasan lainnya kayak, " eh, tau nggak bang? Gue kemarin ketemu mbak Sari."

"Serius?" Mata Taeyong membulat.

"Iya. Ketemu di super market. Mbak sari pake daster, perutnya udah ada isinya."

Taeyong ketawa lebar. "Gue jadi inget Mark, dia tuh dulu suka marah-marah kan kalo lo ngerusak tanamannya. Teriakannya yang khas, 'woii. Mark anaknya pak Subekhi- tek bilangin bapak kamu ya.'"

Ini Taeyong ceritanya menggebu-gebu banget. Kan bagus diliatnya daripada kayak kemarin-kemarin yang sok galak. Dia meragain yang namanya mbak sari-sari itu teriak. Baru nih keliatan ganteng. Hidupnya nggak keliatan suram, bagus lah.

"Padahal gue tuh udah bilang ribuan kali kalo gue bukan anaknya Pak Subekhi."

Gue nggak paham sekaligus nggak mudeng. Ini gue fungsinya ngapain sih? Ngeliat mereka ngobrol sendiri sementara gue dijadiin guci nganggur. Pajangan doang.

Mark beranjak menyisakan gue dan Taeyong aja. Cowok itu melirik gue sekilas sebelum teriak, "jus mangganya jangan Mark!"

"Es krimnya juga jangan! Awas loh!"

Taeyong ngamuk, padahal gue juga suka minumin jus sama ek krimnya.

[not] CinderellaWhere stories live. Discover now