31

119 20 0
                                    

Please, suruh gue buat berhenti takjub. Ini gue mati-matian menahan wajah yang rasanya mau bilang wow terus. Gedung mewah yang isinya manusia penting, keliatan elegan apalagi orang-orangnya semua berpekaian wah.

Musik klasik di putar, banyak orang berjalan dengan anggunnya sementara gue masih susah payah dengan sepatu setan yang tinggi.

Sabar, kalem Ya.

Mamah memegang lengan papah, dan gue berjalan beriringan dengan Taeyong. Wajah yang udah di permak membuat percaya diri gue naik. Saking percayanya gue sampe menatap lurus. Takut rambut lurus gue yang udah dibentuk bergelombang ini rusak kalo nengok.

Taeyong mungkin udah biasa ada di pesta begini, keliatan dari wajahnya yang santai dan malah terkesan bosan. Beda sama sama gue yang masih asing dan selalu terkagum-kagum.

"Who is she?"

Seorang yang papah hampiri tadi bertanya melirik gue. Tubuhnya tinggi dan badan besar mendominasi, jam tangan dan sepatu yang mengkilat membuat gue yakin ini juga salah seorang billionare.

"Keluarga baru." Jawab Mamah menepuk dan merangkul pundak gue.

"Oh. Ini orangnya? So beautiful."

Gue senyum cantik, biar nggak malu-maluin. Seenggaknya menutupi identitas gue yang burik. Nggak nyangka juga ternyata orang-orang tau kalo keluarga Lienata mengangkat anak perempuan. Setau gue, papah dan mamah nggak pernah ngadain pengumuman berhubungan dengan diangkatnya gue sebagai anak perempuan mereka.

Taeyong menyenggol lengan gue, "kepalanya diangkat dong. Jangan malu-maluin."

Sabar Aya. Nggak boleh marah. Inget, ini pesta orang kaya, harus sopan dan anggun. Jangan pecicilan.

Taeyong menyodorkan gelas dan minuman berwarna. "Mau?"

Mata gue berbinar, jadi ini minuman yang ada di drama-drama yang selama ini gue tonton. Gue mengangguk semangat, mengambil minuman dari tangan Taeyong. Duh, senengnya bisa minum minuman yang Park Seo Joon minum di drama.

"Loh? Kamu kok kasih Aya ini?"

Gue menoleh, gagal mencicip karena Mamah udah di samping gue entah kapan. Beliau menghancurkan ekspektasi gue tentang nikmatnya minuman mahal itu.

"Jangan sembarangan ya Yong. Kamu pikir mamah nggak ngawasin?"

Taeyong melengos. Lalu berganti menyodorkan minuman berwarna orange setelah mamah pergi. Melihat gue manyun dia jadi tanya, "kamu pengen minuman tadi?"

Gue mengangguk kecil dan menatap berharap, siapa tau dia mau bawain lagi. "Boleh."

Wow, gue sampe mengigit bibir saking senengnya. Pengen nyicip setegukan aja deh. Nggak papa, yang penting nggak penasaran lagi sama rasanya.

Taeyong yang udah melangkah langsung berbalik dan menatap gue tajam, "kalo mamah tau, saya bisa dibakar hidup-hidup." Dasar lebay.

Gue memalingkan wajah, enek aja bawaannya. Melihat ke ruangan yang sibuk dengan orang-orang berdasi dan beruang. Gue bingung ini acara apaan sih? Nggak jelas banget.

Bukan cuman gue, Taeyong juga bosen. Dia memakan cake sambil menyender dinding. Pengen senderan kayak Taeyong juga, tapi gue kalo nyender nggak bisa cool atau kece kayak dia. Yang ada malah dikira gelandangan yang kesasar masuk ruangan. Nyendernya gue kayak orang susah.

"Mau ngga?"

Taeyong menunjuk kue yang tinggal setengah. Semiskinnya gue, nggak mau makan makanan bekas ya. Cowok itu tetep menyodorkan sendok bekasnya yang berisi kue meskipun gue menggeleng berkali-kali.

Bukan tentang ngesok harga diri, tapi gue ilfil sama bekas makanan orang. Iya, gue nggak suka sama sendoknya yang tadi buat makan Taeyong. Orang kalo Haechan minum satu sedotan sama gue, sedotannya langsung gue buang.

Gue mundur beberapa langkah buat menghindari dia, hampir nabrak orang kalo nggak berenti. Ini gue terpojokkan oleh manusia setan. Dia terus memaksa gue yang bahkan tangan sebelah gue udah dipake buat nutupin mulut. Sementara tangan satunya memegang gelas jus.

Taeyong nggak nyerah, dia menarik tangan gue dan terus menyodorkan sendok. Plis, gue nggak tahan diginiin.

"Gue nggak mau bekas mulut lo!"

Dan orang-orang di sekitar menoleh. Astaghfirullah Aya! Taeyong aja sampe memalingkan wajah dan memijit pelipis.

[not] CinderellaWhere stories live. Discover now