53

107 17 2
                                    

Awalnya kesel gara-gara Jaehyun karena cowok itu lupa ulang tahunnya. Ini yang ulang tahun siapa sih? Kok gue jadi kesel sendiri, berasa kayak habis di prank sama Jaehyun. Sekarang udah jamannya orang yang ulang tahun ngeprank ya? Bukan di prank?

Untung aja, kuenya yang manis bisa meleburkan suasana mengesalkan. Haecahn juga mood nya udah balik lagi habis memotong bagiannya sendiri lebih gede.

Kuenya nggak diabisin kok. Masih bisa buat dibagiin ke duo bocil sama satu bumil, "takutnya pengen, ntar kalo nggak kesampaian ngamuk-ngamuk lagi dia nyakarin orang." Begitulah lontaran kata dari Haechan untuk kakaknya yang tengah mengandung.

Kalo yang lain sih nanti dibeliin makanan luar aja. Yang penting semuanya kebagian kebahagiaan Jaehyun hari ini.

Jaehyun menatap berbinar hadiah dari gue, "Ya Allah Ya. Makasih." Katanya memeluk gue erat.

Haechan aja sampe batuk, "wah anjir."

"Ini ori Ya! Pasti mahal banget! Gue udah pengen dari lama. Sama ini juga-"

What!

Kok ada dua sih? Perasaan gue cuman ngambil jaket denimnya doang.

"Satu dong Jae. Hoodie nya aja nggak papa." Suara Haechan menatap barang yang lagi dijejerkan Jaehyun.

Gue senyum, mencoba memusnahkan ekspresi bingung yang secara otomatis terpampang. Dan Haechan tiba-tiba nyeletuk, "jadi pengen ulang tahunnya di majuin besok."

《《《《☆》》》》

Gue melirik Renjun yang hanya membolak balikkan HP. Ada sesuatu. Meskipun Renjun pinter, cerdas, jenius, atau apapun itu lah, tapi gue lebih peka dari yang dia tau. Gue kenal sejak jaman masih bayi belum punya gigi.

"Lo kenapa Njun?"

Dia menghembuskan nafas panjang, lalu melirik gue. "Gue kenapa?"

Junedi, malah nanya balik!

"Pasti lo ada apa-apa kan? Jujur sama gue!"

"Sebenernya-"

Gue melotot, ngerasa lagi digantungin. "Nggak ah."

"Renjun!"

Dia menyerah, sekali lagi menghembuskan nafas sebelum menjawab. "Tapi lo jangan kaget. Jangan bilang siapa-siapa juga."

Gue mengangguk semangat, "gue udah tiga hari nggak berak."

Anjing!

Gue kira apaan.

"Nggak ada air apa?" Tanya gue kesel.

"Ada, tapi nggak pengen keluar. Suka gue tahan. Mungkin masih belum."

Anjir, bahasanya Renjun. Ini juga pembahasan nggak jelas banget. Dan gue berniat mengakhiri dengan kalimat, "yaudah, beli obat di apotik. Kalo belum keluar juga ke dokter. Ditahan sendiri nggak bagus. Nanti jadi penyakit. Kalo kena kanker kan gue sendiri yang susah. Nggak pengen kehilangan lo."

"Hus, kalo ngomong-"

Haechan membuka pintu, dengan keresek di tangannya. Dia sama Jaehyun yang beli makanan tadi. Betul, Jaehyun yang traktir.

"Jaehyun mana?"

"Bagi-bagi sedekah."

Gue tambahin dananya tadi biar bisa dikasih ke yang lain juga. Tapi Jaehyun dateng dengan seorang yang nggak di duga. Seorang yang membuat kita bertiga syok.

"Kok sama Arda?"

Emang, kalo lagi ngumpul bertiga nggak suka ada anak kecil. Apalagi tukang rusuh.

"Tadi ngikut."

Gue melambaikan tangan ke Jaehyun yang masih berdiri, menunjuk sofa sebelah kanan, "ganteng, duduk sini."

"Jangan panggil gue begitu. Nanti ada yang cemburu."

Dia berjalan mendekat, mata gue masih setia melihatnya dengan kebingungan dan keterkejutan. "Lo udah ada pacar? Patah hati dong gue."

"Haechan yang suka cemburu." Jawabnya asal yang bikin gue melotot. Anjir, gue lagi seius padahal.

"Gue normal ya Bab."

"Bab?"

"Babi!"

Astaghfirullah. Mulutnya Haechan memang mantap!

"Bohong Ya. Gue tau siapa pacarnya Jaehyun."

Gue sama Haechan menoleh, menatap Renjun penasaran sementara Jaehyun melotot sempurna, meminta penjelasan atas ucapan Renjun.

Tapi cowok itu santai, nggak keliatan pengen membeberkan rahasia Jaehyun. Sampe sebuah suara dari Haechan yang geregetan terdengar, "siapa? Lama amat Njun diemnya."

"Lo semua kepo?"

"Yaiyalah." Haechan emosi.

"Awkarin."

Emang, Renjun tuh, udah pinter pelajaran, pinter ngelawak juga. Lengkap udah hidupnya. Dan pembahasan itu, gue lupa kalo ada anak kecil.

"Hayoo... Mas Jaehyun pacar-pacaran Ka Aya ya?"

Ini anak kecil kelas satu SD yang ngomong.

[not] CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang