9

141 26 0
                                    

Gue menjalankan yang diajarkan Renjun. Keluar kamar mendapati calon saudara gue duduk di ruang tamu dengan HP di tangannya.

Gue tersenyum kecil menuju dapur yang dia balas dengan anggukan kecil. Wah, gaya orang kaya emang beda. Di ruang tengah, gue melihat para bapak sedang menonton berita. Dan di dapur ada ibu-ibu sedang membuat sarapan.

"Eh Aya udah bangun." Begitulah lembutnya suara calon mamah.

Dan gue masih canggung. Membuatkan kopi untuk para laki-laki. Nggak terbayang gimana gue kalo pindah ke rumah besar itu. Entah aktivitas apa yang akan gue lakukan saat weekend.

Beruntung, kekakuan itu nggak terjadi lama karena jam delapan mereka pulang. Katanya sih ada urusan, tapi kalimat terakhirnya "nanti sore ada sopir jemput kesini, kamu siap-siap ya."

Gue terkejut, nggak ada pemberitahuan soal kepindahan gue secepat ini. Setelah tau itu, hari gue rasanya suram.

"Ini weekend loh. Lo lusuh banget kayak masa depan Haechan." Jaehyun melirik gue di pangkuannya.

Rasanya tiba-tiba males aja gitu. Apalagi kalo nggak ada persiapan buat berpisah sama tiga saudara cowok gue.

Yang dighibahin datang menggendong anak kecil dibawah tiga tahun yang udah lancar ngomong dan jalan.

"Tamunya udah pulang kan?" Katanya menurunkan anak kecil itu.

Renjun melirik, "tumben bawa Aul."

"Kaka!" Gue teriak heboh memanggil anak kecil itu tanpa menggerakkan badan. Males aja rasanya hari ini, nggak semangat buat nafas apalagi hidup. Pengennya teriak aja sambil joget di bawah pohon kelapa.

"Eh, Aul tadi nangis ya? Itu matanya merah, ih, ingusnya juga keluar." Gue berdiri, mendekat buat menghapus ingusnya.

"Tadi abis baku hantam sama adeknya Jaehyun rebutan sendal." Ucap Haechan kesal.

"Heran gue tuh, adek lo udah gede, kelas satu sd tapi nggak mau ngalah sama anak kecil kayak Aul."

Jaehyun berdecak, "maklum, suka dimanjain sama nyokap. Lagian diakan bungsu. Wajar disayang "

Iya sih, jarak umur Jaehyun dan Arda itu dua belas tahun. Dia dikasih adek waktu kelas enam sd. Jauh banget ya. Gue jadi keinget sama calon sodara gue, apa gue manggilnya Mas aja kayak Arda ke Jaehyun?

Tapi karena mereka udah terikat sejak bayi jadi nggak masalah, sementara gue kenal waktu sama-sama udah baligh. Kan itu rasanya nggak nyaman. Dia itu tetep orang asing dimata gue.

Gue menggendong Aul, "Kaka udah makan? Mau makan nggak? Pasti sama Om Haechan nggak dikasih makan."

Haechan melotot sebal. Dia benci di panggil Om. Katanya berasa tua. Tapi gue suka liat mukaknya kalo lagi kesel. Makin jelek.

Btw, panggilan kaka buat Aul itu karena Mbak Mia lagi hamil anak kedua yang artinya, Aul itu nggak bakal dipanggil dedek lagi, dia harus terbiasa buat dipanggil kakak.

Setelah memberikan Aul minum, gue kembali menaruh bantal di pangkuan Jaehyun, tapi cowok itu membuang sembarangan dan menatap gue sebel. "Berat lo tuh. Jangan keseringan tidur di pangkuan gue."

Rasanya nelangsa nggak sih kalo digituin. Padahal gue cuman pengen menghabiskan sisa waktu yang ada sama mereka. "Lo tau nggak sih. Nanti sore gue udah pindah."

Jaehyun melotot, Renjun mendongak dari HP, dan Haechan menumpahkan air minum Aul yang lagi di pegangnya. Lebay semua emang.

[not] CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang