33

114 18 0
                                    

Udah hari kedua sejak Mark tinggal disini. Cowok itu dengan random mengekori gue, tapi dia punya tujuan sendiri kayak, "tolong dong bikin jus mangga."

Pas gue ngambil dari kulkas dia langsung nyegah, "ntar Bang Taeyong ngamuk. Yang asli buah aja."

Untung sabar. Gue curiga dia itu mau ngejadiin gue pembantu. Untung ganteng. Kalo engga? Ya nggak papa. Diakan anak dari adiknya mamah.

"Lo udah tau banyak tentang Bang Taeyong?" Tanyanya disela-sela gue mengupas buah.

Gue menggeleng kecil, agaknya males meladeni.

"Masa nggak tau banyak sih? Mau gue kenalin ngga?"

"Nggak usah." Jawab gue lebih tegas.

"Oke deh. Lagian emang bagusan kenal sendiri ya-"

Gue tersenyum menanggapi. Halah, nggak jelas banget nih anak.

"Kalo gue, mau kenal sama gue nggak? Mumpung gue disini sebelum besok pergi."

Yaudah lah, senyumin aja dulu. Kalo gue bilang, "urusan tentang lo nggak bakal ada di soal ulangan."

Gue masih sopan ya, bukan anak yang nggak punya attitude. Jadi lebih baik memilih diam.

"Okedeh, kayaknya lo emang pengen banget kenal sama gue." Jawabannya bikin gue melengos.

Sabar Ya.

"Jadi, gue tuh sama Taeyong udah kenal deket gitu deh. Secara lo kan tau sendiri, gue sama dia sodaraan."

Well, ini dia bahas apasih? Nggak jelas banget. Gue aja sampe nagntuk dengerin sambil ngupas buah.

"Film favorit? Biasa aja. Paling kayak Taeyong juga kalo ada film terbaru Marvel mungkin. Terus pokoknya film yang seru."

"Warna? Gue sih suka merah, kalo Taeyong pink-"

Dan gue terbatuk. Serius? Cowok galak model Taeyong suka pink? Ngelindur kali si Mark.

"Nggak ding. Dia suka biru. Kalo baju sih kita berdua suka sama-sama warna item putih."

Gue melotot, udah tiga mangga gue kupas tapi nggak menyisakan satupun daging buah. Daritadi Mark nyerocos sambil makanin. Kan kurang ajar banget.

"Udah ya, katanya bikin jus. Dari tadi dimakan mulu kapan jadinya?"

Dia cuman cengar-cengir, sebelum mulai melanjutkan cerita, "Tau nggak? Bang Taeyong punya temen namanya Bang Doy?"

Gue menggeleng malas, ini dia jadinya cerita siapa sih? Dirinya sendiri? Taeyong? Atau si Doy?

"Mereka tuh udah kenal sejak masih jadi sperma."

"Mereka satu bapak?" Tanya gue mengernyit.

"Ya nggak juga. Pokoknya mereka kenal dari bayi gitu."

Dia tuh cerita muter-muter nggak jelas. Kan kesel, untung nggak khilaf pisaunya masih buat ngupas mangga, bukan lehernya.

"Saking deketnya, mereka pernah dikira gay."

Buah mangga kelima yang baru sekali ini gue cicipi hampir aja keluar dari mulut. Menatap Mark curiga kalo dia itu emang mau menjelek-jelekkan Taeyong sengaja.

"Sampe tibalah, seorang putri cantik. Mbak Seojong. Mereka rebutan mbak Seojong. Tapi Taeyong kalah, dan persahabatan mereka musnah gitu aja."

"Ceritanya nanti lagi aja ya. Blendernya berisik."

"Bilang aja lo penasaran banget kan?"

"Yaudah. Nggak usah cerita nggak papa."

"Taeyong tuh kasian banget. Terus lemah lagi." Lanjut Mark tepat blendernya berhenti. Dia mengekori gue bolak balik, dari mengambil gelas, nyuci blender, sampe buang kulit mangga.

"Masa sama Bang Doy aja kalah. Bayangin, kalo gue, pasti sekali kedip Mbak Seojong langsung tergila-gila sama gue."

"Pake pelet ya?"

"Ya nggak lah. Ini murni kegantengan gue yang berkharisma."

"Mbak Seojong nggak mau karena galak kali?"

Mark menoleh, meminum jusnya sekali. "Enggak. Bang Doy lebih galak. Lo suka digalakin Bang Taeyong ya?"

Gue mengangkat bahu. Antara mau bilang iya sama enggak. Daripada jujur menyakiti, bohong menyakitkan, mending ngegantung.

"Bang Taeyong juga sebenernya nggak galak. Dia itu baik banget. Cuman emang mukanya sangar gitu. Tapi kadang itu yang bikin Taeyong digilai cewek banyak."

"Emang banyak cewek-cewek yang mau sama dia?"

"Setau gue sih banyak. Terus juga karena mobilnya oke bikin dia makin direbutin. Tapi herannya dia itu malah nggak tertarik. Mungkin takut sakit hati lagi kali ya."

Gue mengangguk sok ngerti, padahal mah otak gue lagi mikirin hal lain. Dan gue teringat sesuatu, "dia anaknya manja ya?"

"Dia siapa? Mbak seojong? Bang Doy?"

Sejauh ini, masih ragu mau manggil dia 'mas' di depan orang lain. "Bukan."

"Bang Taeyong?"

Gue mengangguk.

"Nggak kok. Mandiri. Tapi nggak suka diatur-atur. Dia maunya sesuai yang dia mau dan dia suka. Tapi nggak seegois itu juga."

"Dia emang dari dulu dituntut orangtua harus perfect?"

"Enggak juga. Tapi dia suka sadar diri, anaknya siapa dan harus apa."

Ini Mark bilangnya bahas diri sendiri kok malah jadi ghibahin Taeyong.

[not] Cinderellaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें