29

109 17 0
                                    

"Apaan? Lo dicakar segitu doang. Nih liat? Lebih gede kan? Apalagi giginya Aul tajem banget." Gue menurunkan kerah baju, memperlihatkan bahu yang kena gigitan Aul semalem.

Renjun memekik, "Astaghfirullah. Lo tuh cewek! Walaupun kita sodara tetep aja gue sama Haechan cowok!" Katanya menaikkan kerah gue paksa.

"Jangan kayak gitu lagi di depan cowok! Nggak pantes."

Gue menunduk, merasa malu dan nggak bisa berkutik kalo Renjun udah berujar. Sementara Haechan cekikikan. Padahal tadi yang ngajak ngungkit semalem dia, tapi yang kenal omel Renjun cuma gue.

"Nih." Jaehyun dateng dengan panci besarnya. Dia habis masak. Wajah gantengnya setara dengan lezatnya makanan bikinan dia.

"Piring dong. Ambilin Ya, sekalian sendok sama gelasnya."

"Susah bawanya Bego!"

Haechan ikut berdiri mengambil poci sekalian. Sederhana banget liburan gue. Cuman makan mie bikinan Jaehyun bareng-bareng aja bahagianya ngelebihin dikasih duit sejuta sama Taeyong.

Dengan lahap kita makan tanpa bersuara, awalnya begitu sebelum Haechan nyeletuk, "maen layangan yuk."

"Ogah. Dih, gue udah jadi mahasiswa maenannya layangan. Ganti dong, malu-maluin harga diri."

Iya, Jaehyun udah diterima di Universitas Negeri di rumah terdekat lewat jalur sbm. Katanya belajar mati-matian les ke Renjun.

"Emang layangan cuman buat anak kecil? Gue kemaren mainan. Gimana dong? Nggak papa kali ya, gue kan masih SMA."

"Sama aja udah gede Bego!"

"Terus maen apa dong? Liburan gini boring banget. Eh, maen kelereng mau nggak? Ntar gue pinjemin kelerengnya. Yang kalah traktir."

"Gue rugi lah. Kalo lo kalah nggak bakal traktir. Lo mana punya duit."

"Kan udah gue pinjemin kelerengnya."

"Udah deh. Lo semua tuh, gue lagi kepanasan makan mie, makin panas aja denger omongan penghuni neraka."

"Astahfirullah." Teriak gue, Haechan dan Jaehyun barengan.

Walaupun akhirnya obrolan itu hanya ucapan semata. Kita semua sibuk dengan gedjet masing-masing. Diawali dengan ucapan Jaehyun, "mabar yok."

Dan duo seumuran itu mengangguk semangat. Ranjun segera memiringkan HP sementara Haechan melengos pasrah.

"Kenapa?"

Jaehyun yang paham tertawa puas. "Nggak punya data internet dia Ya. Udah Njun. Kita tinggal aja."

"Lo mah pada gitu. Suka lupa kan sama kebikan gue. Ayo dong tetringin. Plis. Ya Allah, ini sodara bukan? Masa lo semua mabar gue sendiri maen kelereng?"

"Yaudah bagus, yang penting jangan mainan cewek."

"Jaehyun!" Seru gue melotot.

Karena gue ngga tega sama Haechan yang dibully, bilangnya mau ke lapangan aja maen layangan sampe guling-guling natap gue memohon. Akhirnya, "yaudah."

Gue memindahkan drama ke laptop Renjun. Hp nya gue kasih Haechan karena nggak enak nonton dengan data seluler nyala. Banyak notif mengganggu. Dari grup kok, gue mah nggak ada yang ngechat.

"Aya, nggak bagus tiduran habis makan."

Gue melotot, bilang aja Jaehyun pahanya nggak mau gue pake buat bantal. Dia terkekeh karena gue nurut tapi kemudian dia melengos pasrah setelah bahunya gue sender.

"Jae, jangan berisik dong. Ini Ji Soo Ho-nya nggak denger ngomong apa."

"Halah, kayak ngerti bahasanya aja kalo denger. Yang penting kan subtittle nya."

Bisa aja emang Jaehyun tuh kalo jawab. Gue mengambil haedset dan memasang volume full. Nggak sampe disana, tangan Jaehyun yang jail menggoyang-goyang bahu gue membuat nggak nyaman.

Well, ini di adegan cewek miskinnya berhadapan sama ibunya si cowok yang kaya dan disana juga ada cowoknya, gue menunggu cowoknya ngebela si cewek. Tapi Jaehyun masih nggak bisa diem menyenggol gue.

Bahasa bagusnya sih peluk, tapi sebenernya gue lagi nahan tangannya biar nggak ganggu. Tapi tangan kirinya mendorong kening gue. Emosi dong gue sampe akhirnya melotot dan dia melepas satu Haedset lalu tangannya menunjuk pintu.

Taeyong?

[not] CinderellaWhere stories live. Discover now