11

129 22 0
                                    

Rumah yang waktu itu gue kunjungi berserta tiga saudara itu bener. Dari luar aja udah dibikin takjub sama luasnya. Gue sempet nggak yakin kalo gue nyata menginjakkan kaki di rumah mewah orang kaya.

Pikiran jahat gue tentang Tante Rianty beserta keluarga melebur seketika saat melihat meja makan yang penuh dengan berbagai menu. Mereka bilang ini buat menyambut kedatangan gue.

Gue langsung keinget Haechan. Dia pasti girang banget liat makanan ala orang kaya di meja ini. Banyaknya ayam, ada makanan barat juga yang nggak gue tau namanya, telor, dan beberapa lauk juga.

Gila ya, emang bakalan abis dimakan kita berempat. Ya kalo Haechan, Renjun sama Jaehyun mah nggak usah ditanya, pasti bakal habis. Diakhir makan juga gue di sandingin buah-buahan.

"Yang betah ya disini."

"Kalo butuh apa-apa tinggal bilang aja."

"Barang-barang kamu udah dibawain sopir. Kamar kamu diatas deket ruang TV sebelahan sama kamar Taeyong."

Begitulah ucapan lembut dari kedua orang tua angkat gue sebelum gue naik menuju tempat yang tadi mereka tunjukkan.

Wajah Taeyong, dia terlihat layu. Nggak mengucapkan satu katapun. Bahkan terlihat enggan buat sekedar menatap, saat mata kita bertemu dia buru-buru membuang pandangannya.

《《《《《☆》》》》》

Gue membaringkan tubuh ke kasur yang lebih lebar dan nyaman. Lebih empuk dan anget. Gue kaget ketika mendapati AC di kamar, kamar mandi di dalem kamar juga. Ini gue beneran hidup dengan gaya orang kaya ya?

Inget aja di rumah Renjun, kamar mandi barengan satu orang rumah, adanya kipas angin yang suka gantian makenya. Semuanya berubah nggak memakan waktu lama. Gue hampir memekik saat mendapati HP gue tersambung dengan wifi rumah.

Tau sendiri kan, gue itu pemburu wifi gratis bersama Haechan. Dan disini, gue bisa make sepuasnya tanpa bayar. Pasti bakal mabok drama nih.

Tanpa pikir panjang gue mulai mendownload drama yang udah diincer beberapa waktu lalu. Takut tiba-tiba wifinya mati, maklum, anak orang kaya baru. Gue juga dengan girangnya youtuban. Rasanya bebas banget.

Sesekali membalas chat di grup keluarga menanggapi tulisan nggak berfaedah Haechan, membalas pesan nasehat renjun, atau menertawakan kata-kata sok bijak Jaehyun yang jarang dia perlihatkan. Pembahasan kita nggak jauh dari kepindahan gue yang lebih disominasi dengan kesombongan akan lengkapnya fasilitas disini.

Membuat Haechan iri itu membuat suasana hati gue bungah. Sementara Renjun terus aja dengan pemikiran logis dan terus mengingatkan gue kalo semuanya nggak akan abadi. Dan Jaehyun dengan bahagianya terus mengompori Haechan agar mau operasi kelamin dan operasi plastik di wajah biar bisa tuker tempat sama gue.

Semuanya emang sempurna di kamar ini, tapi kurang dapur. Setelah hampir tiga jam nggak menampakkan diri di luar kamar, dan setelah sekian lama juga menahan haus gue memberanikan diri untuk melangkah dari tempat privasi.

Ragu-ragu gue berjalan, rumah ini gede tapi majikan cuman ada tiga, empat sama gue kalo diakui. Sepi banget.

"Tapi mamah salah. Taeyong nggak mau!"

"Kamu tuh harusnya makin dewasa. Bukan kayak gini diusia kamu yang udah dua puluh tujuh."

Gue mendekat, melongok dari atas sambil sembunyi. Penasaran juga, masalah apa yang biasa di hadapi orang kaya.

"Justru itu. Karena Taeyong dewasa, Taeyong maunya ngambil keputusan sendiri!"

"Mamah nggak mau tau, Aya bakal disini dan kamu harus nurutin mamah."

"Terserah. Itu maunya mamah. Keputusan mamah, tapi Taeyong tetep nggak setuju. Taeyong nggak akan pernah mau!"

"Kamu tuh! Dengerin mama-"

"Apa bagusnya dia disni? Liat tiap hari justru bikin aku ilfil. Yang ada dia cuman numpang enak. Toh aku nggak akan berubah pikiran. Aku tetep nggak suka!"

"Taeyong!"

Ooh, jadi masalah di rumah ini itu gue.

Miris.

[not] CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang