Part 37

1.5K 130 47
                                    

Hallo
Sebelum baca tulung di vote dulu yak gesss
Spam komen yakkk

Harap koreksi kalau typo...

Happy Reading...

Pagi sekali Syakila sudah sampai di sekolah, dia memasuki kelasnya, melangkah ke kursi dan langsung duduk dengan menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangannya.

Sekolah jam segini masih sepi hal itu menguntungkannya, karena dia tidak ingin siapa pun melihat mata sembabnya. Sejujurnya Syakila tidak ingin sekolah hari ini tapi karena hari ini akan diadakan ulangan matematika terpaksa Syakila harus datang. Dia tidak ingin hanya karena ini nilainya akan jadi jelek.

Sejak kejadian waktu itu Syakila sering menangis di dalam kamar, dia mendiamkan Rafael tidak menanyakan apapun. berharap Rafael akan menjelaskannya sendiri, tapi sampai hari ini Rafael tidak pernah menampakkan batang hidungnya sekalipun. Apakah Rafael tidak ingin menjelaskannya?

Syakila ingin tau siapa gadis waktu kemaren bersama Rafael, Syakila ingin Rafael memberitahunya bahwa mereka tidak ada hubungan apa, tidak seperti yang di pikirkan Syakila. Tapi itu hanya khayalannya saja. Nyatanya Rafael tidak ingin menjelaskan apa seakan Rafael tidak menganggap Syakila. Syakila selalu mengecek ponselnya berharap ada notif dari Rafael, tapi satu pun tidak ada.

Seharusnya saat kejadian waktu itu Syakila  meminta penjelasan ataupun memaki Rafael, tapi Syakila tidak bisa, Syakila terlalu takut akan kenyataan yang akan di keluarkan oleh Rafael.

Syakila semakin menenggelamkan wajahnya saat merasa hatinya semakin nyeri saat membayangkan kejadian saat itu, air matanya juga sudah tidak berhenti seolah menemani nya disaat dia sedih.

Dikala kita sedang sedih hanya air mata lah yang senantiasa menemani kita..

Tiba-tiba syakila merasakan sebuah tepukan di bahunya. Dengan malas Syakila mengangkat kepalanya untuk melihat orang tersebut. Zoya? Syakila langsung memeluk Zoya dengan sangat erat.

Zoya tersentak, "Lo kenapa La? Lo sakit?" tanya Zoya bingung mendapat pelukan tiba-tiba. Syakila hanya menggeleng, dia terlalu lelah untuk berbicara.

"Terus tumben- lo nangis?" Zoya membelak matanya dan langsung melepaskan pelukan mereka.

"Astaga Syakila mata lo kenapa sembab begini, lo nangis? Kenapa?" Zoya langsung kaget saat melihat wajah Syakila yang jauh dari kata baik baik saja.

"Gue nggak papa kok Ya," sahut Syakila menghapus air matanya.

"Nggak usah boong deh La, gue udah kenal lo lama," Zoya menautkan alisnya.

Syakila tau bahwa Zoya tidak akan mudah percaya, apalagi melihat keadaannya yang bisa di katakan tidak baik baik saja. Mereka sudah lama berteman, dan diantara mereka berempat memang Zoya lah yang paling dekat dengannya.

"Rafael Ya," Syakila tidak tau harus menjelaskannya dari mana, seolah bibirnya tidak mampu mengatakan itu semua.

"Rafael? Kenapa? Ouhh dia yang bikin lo kek gini? Hah dasar bangsat!" umpat Zoya menggebu.

"Gue lihat dia kemaren di toko eskrim yang biasa gue datang, dan di sana dia berduaan sama cewek," Air mata Syakila turun, dia tidak sanggup mengatakannya, mengingatnya saja membuat hati Syakila sakit.

"Ouhh jadi itu beneran dia, gue kira kemaren gue salah liat, sialan emang! Tenang aja La gue bakalan hujat tuh cowok, gue bakalan beri pelajaran biar tau rasa!" Zoya mengepalkan tangannya, geram sekali rasanya ingin mencekik.

Zoya kira Rafael tidak akan berbuat sedemikian, Zoya kira Rafael adalah orang yang sangat tepat, baik. Ternyata sama saja dengan cowok lainnya.

"Udah Zoya, gue gak papa kok. Gue bakalan nunggu penjelasan Rafael dulu "

SYAKILA Where stories live. Discover now