Part 52

2.6K 139 46
                                    

Vote dulu sebelum baca ya....

So ayuk komen yang banyak,,, tiap baris komen pun boleh kok. Jujur baca komen kalian bikin mood aku naik, serasa cerita ku di apresiasi 😊

Happy Reading...

Setelah kejadian di toilet waktu itu, Syakila benar-benar tidak pernah bertemu lagi dengan Rafael, dia sudah tidak ingin hal itu terjadi lagi. Saat bertemu pula dia enggan menyapa, bukannya benci, dia hanya ingin hidup bebas, Syakila tidak ingin sakit hati karena kebersamaan mereka. Karena hatinya masih sangat mencintai Rafael. Maka dia akan memilih menjauh dan berusaha mengikhlaskan.

Seminggu ini pula Syakila bisa melaluinya, dia baik baik saja, karena ada ketiga sahabatnya tak lupa pula Andre yang selalu menemaninya dan menyemangatinya.

Seperti sekarang ini, Andre dan dirinya sedang di rumah sakit. Andre menemaninya kemoterapi, dia sangat sabar menunggu. Padahal Syakila sangat benci melakukan hal ini, dia tau melakukan atau tidak dirinya tetap akan pergi meninggalkan semuanya. Jadi percuma, karena kata dokter dirinya sekarang sudah mencapai stadium terakhir, itu disebabkan karena Syakila tidak pernah melakukan cek up sama sekali sewaktu dia keluar dari rumah sakit.

Tapi keajaiban akan selalu ada.

"Ndre, gue capek! Gue lelah lakuin ini selalu, percuma juga bukan? Gue tetap gak akan sembuh," lirih Syakila. Dia menatap Andre sendu.

Andre menggeleng. "Lo bakalan sembuh La!" sahut Andre menyakinkan, walaupun dia juga tak yakin dengan perkataan dirinya sendiri.

Syakila tersenyum sendu, "gue tau lo juga gak yakin kan sama perkataan lo sendiri? Udah gak papa!"

"Gue ikhlas kok kalau memang takdir gue begini, seenggaknya gue udah gak lihat orang yang gue cintai sedih karena sekarang dia udah punya pilihannya sendiri, dia udah bahagia. Jadi ada atau gak gue-nya, buat dia itu gak ngaruh."

"La? Lo sadar apa yang lo ucapin tadi?" tanya Andre tak percaya.

"Di saat lo udah di tinggal dengan begitu brengseknya, lo tetep peduliin cowok sialan itu? Jadi gue, Kevin sama kedua orang tua lo gak papa gitu menurut lo?" Andre menatap Syakila tak percaya.

"Bukan gitu Ndre. Gue lega aja gitu, nanti gada orang yang nyesal karena kepergian gue, kalau orang tua gue dan Kevin, lo, itu pasti kalian juga udah tau kan umur gue gak lama lagi, tapi dia Ndre, Rafael belum tau. Gue gak mau dia merasa nyesal nanti, walaupun itu cuma perkiraan gue karena kan udah gak mungkin."

"Berhenti mikirin cowok brengsek itu Syakila! Dan berhenti berkata umur lo gak lama lagi! Lo pasti sembuh! Gue percaya itu," ujar Andre yakin. Dia tidak ingin Syakila meninggalkannya, dia akan berbuat apapun demi kesembuhan Syakila.

"Ya semoga begitu," lirih Syakila sendu. Dia tidak akan berharap lebih karena itu hanya akan menyakitkan, biarkan takdir yang menentukan. Syakila sudah sangat ikhlas.

*****

"Rafael?" panggil Dicky. Sekarang mereka berempat sedang di rumah Rafael. Bima ingin bermain PS di rumah Rafael. Kenapa tidak di rumah sendiri? Ya karena di rumah Rafael lebih enak.

"Apa?" sahut Rafael dingin seperti biasanya, tatapannya tak lepas dari layar di depannya.

Dicky berdecak kesal, "gue mo nanya sesuatu."

"Yaudah nanya terus, repot banget sih lo kek cewek aja!" gerutu Bima, dia kesal karena percakapan mereka menganggu konsentrasinya yang sedang bermain PS, entah apa hubungannya. Yang di ajak bicara siapa yang terganggu siapa?

SYAKILA Where stories live. Discover now