Part 49

1.8K 116 62
                                    

Vote kalian berharga banget loh, jadi kalau udah baca jangan lupa klik bintang disamping ⭐.

Jangan pernah berjanji untuk tinggal, kalau pada akhirnya lo akan tetap pergi ninggalin gue.
            (Syakila)

Happy Reading

Syakila duduk di lantai seraya bersandar di sisi kasur, dengan mata sembabnya dia beberapa kali mendesah kesal. Dia udah beberapa kali menghubungi Rafael, tapi sama sekali Rafael tidak menjawabnya. Dia menggeram, dia berjalan ke arah cermin besar di kamarnya, dia terkekeh miris saat melihat dirinya sendiri yang sudah rapi dengan dress selutut berwarna peach. Dia mengacak rambutnya kasar, membuat rambut yang awalnya tertata rapi kini berantakan.

"Kalau memang lo gabisa datang, setidaknya jangan berjanji, Rafael!" lirih Syakila dengan mata berkaca kaca.

Dia melempar ponselnya ke atas kasur, dan mengatur isak tangisnya agar tidak sampai terdengar keluar. Ia berulang kali menghapus air matanya.

Drett Drett

Suara notifikasi berbunyi, dia menoleh dan membuka apk whatsapp, dia membuka room chat grupnya.

Ciwi ciwi syantikk 💃💃🤣

Naura : La lo udah liat belom ini?
               Send a picture

Risa : Apaan tuh?

Zoya :  2in

Naura : Zoya mah gaenak tau di duain, diduain itu sakit!

Zoya : lby!

Risa :@Naura xixixi.

Syakila tersenyum kecil, ada ada saja sahabatnya ini. Tapi apa yang Naura bilang itu bener juga, diduain itu sangat tidak enak karena dirinya kini sedang merasakannya. Bukan diduain sih karena Rafael tidak selingkuh, hanya saja dia terlalu memprioritaskan Safina. Sama saja bukan?

Syakila teringat akan foto yang dikirimkan Naura tadi, Syakila pun mencoba membukanya.

Degg

Rasanya jantung Syakila berhenti berdetak, kakinya lemas tidak mampu berdiri.

Disana, di foto itu ...

Ada Rafael yang sedang tersenyum kearah kamera dengan cewek di sampingnya, tangannya bertautan dengan tangan cewek, itu Safina.

Syakila tersenyum miris, bodoh! Syakila tadi sibuk memikirkan kekasihnya, tapi liat di sana Rafael bahagia seakan lupa dengan dirinya, dengan janjinya.

"Brengsek!" Syakila melempar ponselnya sembarang.  Dia tertawa keras, dia menertawai kebodohannya. Dan pada akhirnya tawa itu tergantikan dengan tangis pilu.

Tangis gadis itu pecah, dia memukul dadanya yang sesak, rasanya sakit sekali.

Dan akhirnya Syakila terdiam, tatapannya menatap kosong ke depan, dengan air mata yang masih mengalir deras.

"Kenapa Raf? Kenapa lo tega?" lirih Syakila pilu. Dia terduduk lemah di lantai. Ia merasa sekarang dirinya tidak bisa bernapas, dia beberapa kali memukul dadanya. Dan pada sampainya kegelapan menrengut kesadaran Syakila dengan darah mengalir dari dua lubang hidungnya.

SYAKILA Where stories live. Discover now