Romeo si Malaikat Tampan Ternyata Belok!

207 69 135
                                    

Artha menyusuri jalan setapak yang dikeliling rerumputan hijau segar. Gadis itu melihat sekitar, begitu banyak bunga dan pepohonan yang tumbuh. Indah, hanya satu kata untuk mendeskripsikan tempatnya berada sekarang.

Artha menunduk, merasa ada sesuatu yang menyentuh kaki, melihat tapaknya yang tidak beralaskan apa pun dengan bebas merasakan sejuk dari rumput yang diinjak. Senyuman indah 'tak luntur dari wajah cantik itu, kemudian ia berlari lincah mengelilingi tempat asing tersebut. Dia terus melajukan tungkai, sampai terhenti di tepi sungai yang sangat jernih, bahkan bisa terlihat pantulan dirinya di sana.

"Kenapa gue bisa pake baju ini," gumam Artha sambil memegang kain yang membaluti tubuh rampingnya.

Bagaimana tidak heran? Gaun cantik berwarna putih tengah berada di tubuh mungil itu, dan rambut lurus Artha juga tertata seperti tuan putri kerajaan. Dia tampak bagai pengantin yang siap menunggu calon suami untuk menjemputnya.

Sejak kapan gue kayak gini, ya? batin Artha.

"Juliet."

Sebuah panggilan membuat Artha berbalik. Tampak seorang pemuda berpakaian rapi, menggunakan jas dan celana yang senada dengan gaun miliknya. Senyum lebar mengembang di bibir gadis cantik itu, lalu mulai dia berjalan mendekat ke arah sang pemanggil dengan sedikit mengangkat bagian bawah gaun yang dikenakan.

"Romeo!" seru Artha.

Pemuda berwajah tampan di depan Artha pun meraih tangan mungil itu cukup lembut, dikecupnya pelan hingga membuat wajah si empu merona. "Mau 'kah kau menikah denganku?" tanyanya masih dengan memegang jemari yang lebih kecil tersebut.

"Mau, gue mau!" pekik Artha girang, bahkan dia melompat-lompat selayaknya anak kecil umur 5 tahun yang mendapatkan permen gratis.

Pemuda itu mengalihkan tangan ke atas pundak Artha, meminta agar tidak bergerak sedikit pun. Hingga di detik selanjutnya, dia meraih tengkuk gadis itu secara perlahan.

Mau cium pasti, enggak boleh dilewatin! batin Artha 'tak sabar.

Artha menutup mata sambil terus berusaha mendekati wajah si Romeo dengan memajukan bibir seperti ikan sapu-sapu. Menggelikan, katakanlah begitu, jangan berharap hal anggun akan terjadi di dirinya. Tidak akan. Ah, bukan! Mungkin belum saja.

"Arthara!"

Artha membuka matanya, terkejut dengan sosok Romeo yang berubah menjadi pak tua berkepala botak.

"Arthara Falisya!"

Tersentak. Suara teriakan seorang guru di dalam kelas bersamaan gebrakan meja, berhasil membuat Artha terbangun cepat dari lelapnya. Dia langsung duduk tegak dengan air yang masih menetes di sudut bibir hingga dagu, membuat siapa saja yang melihat berpikir bahwa gadis itu sangat menjijikkan.

"Bola lampu berjalan?" ujar Artha dengan berkedip pelan sambil melihat sang guru berkepala licin.

Gelak tawa memenuhi ruangan. Tingkah Artha patut diacungi jempol karena berani tidur di kelas ketika guru tengah menjelaskan pelajaran. Entah apa yang merasuki pikirannya, yang jelas sekarang dia sudah diminta untuk keluar dari sana.

"Jangan masuk sebelum jam saya selesai."

Itulah kalimat terakhir yang didengar Artha dari pria paruh baya di kelasnya. Hingga ... di sinilah dia sekarang, depan kelas sambil duduk seperti gelandangan dekil, liur yang masih meleleh di sudut bibir hanya dilap menggunakan tisu yang sempat diminta dari Ralan.

Mengingat nama pemuda itu, Artha menjadi kesal sendiri. Dia tidak habis pikir dengan Ralan. Bisa-bisanya pemuda berambut cokelat gelap tersebut tidak membangunkannya. Bukan hanya Ralan, tetapi Relan dan Galih juga sama saja. Mereka tidak ada yang berusaha untuk menyadarkan Artha dari mimpi indah.

My Absurd Best Friends [Tamat]Where stories live. Discover now