Hari Istimewa

94 25 44
                                    

Ralan sedari tadi berjalan bolak-balik seperti alat perapi pakaian, bahkan Hidan yang melihatnya pun sudah kesal. Pemuda berkacamata itu tidak habis pikir dengan si sahabat berambut cokelat gelap. Padahal yang akan menikah adalah dia, tetapi malah Ralan yang panik tidak terkendali.

Mendadak Ralan melihat ke samping, merapikan rambut Hidan yang tampak sedikit berantakan. baginya tampil tampan dan keren diwajibkan pada hari istimewa. Tidak lupa dia mengambil kacamata Hidan, kemudian memberikan kontak lensa yang sengaja dibawa.

"Pake ini, gue udah samain sama minus lo. Dijamin, jadi makin cakep, Idan," ujar Ralan semangat dengan mengudarakan kedua ibu jari.

"Apa waktu nikah lo pake ini juga?" tanya Hidan yang dijawab gelengan.

Ralan menikah tiga bulan setelah lamaran di toko kue. Terbilang cepat, tetapi bukan berarti tanpa persiapan, sebenarnya selama tidak bertemu dengan Alina, dia sudah mencari tahu tempat-tempat yang akan dibutuhkan.

Setelah itu, Artha dan Hidan menyusul hari ini, tepat dua bulan setelah janji suci Ralan dan Alina diikrarkan. Sebenarnya si cantik sudah mengatakan kepada sang kekasih agar tidak perlu terburu-buru, tetapi pria itu mengatakan tidak ingin menunda sesuatu yang baik.

"Papa udah pengen cucu dan gue juga enggak bisa tidur sendirian lagi kalo malam. Enggak lucu 'kan bayangin muka jelek lo waktu mau tidur."

Itulah kalimat yang dikatakan Hidan kepada Artha sebelum mereka memutuskan untuk mempercepat pernikahan.

"Gini?" tanya Hidan setelah memakai kontak lensa yang diberikan Ralan.

"Gini?" tanya Hidan setelah memakai kontak lensa yang diberikan Ralan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Udah gue duga, pasti cocok." Ralan sangat antusias sampai menepuk pundak Hidan beberapa kali.

Sementara itu di ruangan pengantin wanita berada. Artha sedari tadi tidak berhenti mengunyah cokelat demi menghilangkan rasa gugup. Meski sudah dilarang oleh Alina, dia tidak peduli, yang terpenting perut terisi dan hati tidak gundah lagi.

"Alina, gue masih gugup," ujarnya gusar.

"Udah setengah toples lo makan itu, tapi masih aja gugup? Enggak ngerti lagi gue, Tha," balas Alina sambil menggeleng.

Si pemilik lesung pipi meminta Artha berdiri, merapikan sudut-sudut gaun yang terlihat berantakan. Jujur saja, Alina tidak terlalu menyukai apa yang dipakai Artha, baginya untuk hari pernikahan gaun yang terlihat sederhana tidak cocok, tetapi entah bagaimana wajah Artha yang senang ketika pertama kali membeli, membuat dia ikut bahagia.

 Jujur saja, Alina tidak terlalu menyukai apa yang dipakai Artha, baginya untuk hari pernikahan gaun yang terlihat sederhana tidak cocok, tetapi entah bagaimana wajah Artha yang senang ketika pertama kali membeli, membuat dia ikut bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Absurd Best Friends [Tamat]Where stories live. Discover now