Artha si Penguping

130 44 106
                                    

Ketika bel istirahat berbunyi, Artha langsung berjalan menuju unit kesehatan sekolah. Tidak perlu dijelaskan pun pasti kalian tahu apa yang ingin dia lakukan. Tentu saja melihat Yandra, Romeo si malaikat tampan. Sepertinya ... gadis berambut lurus itu benar-benar menyukai pemuda tersebut.

Setiba di sana, Artha sedikit heran ketika melihat pintu ruangan yang terbuka. Tidak biasa Yandra membiarkannya begitu saja apalagi di jam istirahat. Sedikit mengendap-endap, si gadis berambut lurus maju dan mengintip ke dalam. Tampak Yandra dengan seorang pemuda tengah berdiri saling berhadapan.

"Idan?" gumam Artha dengan alis bertaut.

Artha masih betah di posisi mengintip. Harusnya dia tidak perlu begitu, tetapi entah kenapa perasaan mengatakan, agar gadis itu mendengar percakapan dua pemuda tampan yang ada di sana.

Sementara itu, situasi di dalam. Yandra memijat kening, merasa kesal dengan permintaan Hidan yang dianggapnya tidak masuk akal. Sesekali pemuda berkulit putih itu menghela napas kasar.

"Gue mohon ...," lirih Hidan dengan kedua tangan yang disatukan.

"Gue enggak bisa, Dan. Gue emang sayang sama lo, tapi enggak gini caranya!" bentak Yandra dengan mencengkeram bahu si pemuda berkacamata.

Hidan memalingkan wajah, enggan bertatapan langsung dengan Yandra. Dia tahu, permintaannya tidak mungkin bisa disanggupi semudah itu oleh si tampan, tetapi apa salahnya mencoba?

"Gue cuma minta lo buat dekat sama Artha. Apa susahnya?" ujar Hidan masih tidak berani membalas pandang.

"Dani! Jangan cuma karena gue sayang sama lo. Lo jadi seenaknya sama gue," balas Yandra dan melepas pundak Hidan, membuat si empu sedikit terdorong ke belakang.

"Gue enggak mau Artha sedih, lo juga tau itu, 'kan?" sahut Hidan setelah mengembuskan napas berat.

"Gue tau, tapi dengan kayak gini juga bikin dia sedih, Dan. Kenapa lo enggak paham?" ucap Yandra semakin menaikkan intonasi.

"Gue udah datang jauh-jauh ke sini cuma untuk ketemu sama lo. Tapi, kenapa lo malah minta hal yang aneh kayak gitu?" imbuh Yandra lagi dan memunggungi Hidan, tidak ingin melihat wajah pilu si pemuda berkacamata yang sudah membalas tatapannya.

"Sama sekali gue enggak pernah minta untuk lo datang. Gue udah bilang enggak akan balik bareng lo ...," sahut Hidan pelan.

Dari belakang, Hidan menatap punggung Yandra yang terlihat seperti akan meledak kapan saja, bahu tegap itu naik turun beberapa kali. Hingga di detik selanjutnya, yang ditatap pun berbalik.

Yandra mendekati Hidan, diraihnya tangan pemuda berkacamata setelah mengembalikan emosi agar normal. "Kalo gue turutin kemauan lo untuk deketin Artha. Lo mau balik sama gue?"

Perkataan Yandra berhasil membuat si penguping di luar sana membulatkan matanya, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar hingga spontan memegang ujung rok cukup erat. Bukan karena si Romeo yang menyayangi Hidan dia merasa sedih. Namun ... ada perasaan takut kehilangan yang Artha sendiri tidak mengerti apa itu.

Artha berusaha memulai langkah untuk masuk ke dalam ruangan, melihat kedua pemuda yang masih belum sadar dengan keberadaan gadis itu. "Idan," panggilnya.

Yang disebutkan nama pun menoleh, bersamaan dengan Yandra. Kedua pemuda yang ada di hadapan Artha kini kebingungan, mendapati wajah gadis berambut lurus tersebut sudah dibanjiri air mata.

"Lo kenapa?" tanya Hidan dan berlari kecil menuju Artha yang masih berada tidak jauh dari pintu.

"Idan, gue dengar semuanya ...," lirih Artha dengan menatap wajah Hidan yang jauh lebih tinggi.

My Absurd Best Friends [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang