Pilih Digendong atau Diseret?

70 28 53
                                    

Relan masih betah memandang langit lalu mulai menutup mata saat angin berembus pelan mengenai surai legamnya. Di dalam hati bersenandung sampai terdengar gumaman kecil dari mulut, bahkan jari-jari pun ikut menari.

"Elan?"

Merasa dipanggil, Relan mengangkat kepala tegak lalu menoleh ke kiri. Tampak seorang gadis sedikit membungkuk dan hampir menyatukan kedua tangan. Sosok itu menggemaskan dengan rambut gelombang dihiasi dua pita berwarna senada kaus lengan panjang yang dikenakan. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Tata?" sahut Relan lalu menggeser bokong ke kanan.

Pemuda itu menepuk ruang di sisinya, meminta Tata agar duduk. Melihat seorang gadis berdiri, bukanlah hal yang nyaman untuk seorang Relan Eka Putra.

"Ngapain di sini?" tanya Tata.

"Ah, itu ... tadi Artha hilang."

"Ha! Hilang? Kok bisa? Terus kenapa Elan diam aja? Kita harus cari, ayo buruan!" Tata panik dan segera bangun dari duduknya.

Baru saja hendak melangkah, tangan Tata sudah lebih dulu ditahan oleh Relan. Pemuda itu menggeleng pelan, kemudian berujar, "Udah ketemu, jadi jangan khawatir."

Tata memegang dada, menghela napas lega lalu tersenyum. Kembali dia mendaratkan bokong ke sebelah Relan, menikmati pemandangan orang yang berlalu lalang di sana.

Tata tidak berniat untuk memulai percakapan. Sejak dulu sulit untuk merangkai kata, dia cenderung menjadi pendengar yang baik. Sedangkan Relan, 'tak pernah berpikir lebih jauh untuk mengenal Tata, lagipula apa yang ingin ditanyakan kepada sahabat masa kecilnya? Gadis itu tidak berubah, masih tampak polos dan ... cantik? Mungkin. Ah, lupakan! Bagi si pemuda bersurai legam semua perempuan cantik.

"Lo ngapain di sini, Ta?"

Akhirnya, keheningan berlalu di antara kedua remaja sebaya itu dikarenakan Relan yang tidak bisa berlama-lama dalam kesunyian.

"Ah, itu ... aku pergi bareng teman-teman," jawab Tata sedikit menggaruk belakang telinga.

"Hm? Teman kelas? Bukannya lo cuma dekat sama Alina? Itu juga karena sering makan siang bareng sama gue dan yang lain," sahut Relan, terlihat kerutan di keningnya.

"Hmm ... an-anu, aku pergi sama─"

"Oi, Dompet Berjalan!" Teriakan seseorang berhasil membuat Tata berhenti bicara.

Setelah menengadah, Relan memandang beberapa gadis yang datang mendekat. Kerut di dahi pemuda itu semakin dalam, mengulang kembali di pikiran tentang panggilan yang terdengar. Apa itu tadi? Dompet berjalan? Mungkinkah ditujukan untuk Tata? Pikirnya.

"Kenapa lo malah di sini? Bukannya tadi gue minta lo buat beli minum, ya?" protes salah satu gadis sambil terus mengunyah permen karet.

Tata berdiri, menunduk beberapa kali sebagai ucapan maaf. Hendak melangkah menjauh, tetapi tangannya berhasil ditahan oleh Relan, membuat semua orang yang ada di sana melihat ke arah pemuda berambut legam itu.

My Absurd Best Friends [Tamat]Where stories live. Discover now