41 || FesGa

69.4K 13.8K 1.3K
                                    

"Kio, kamu suka nge-chat Bang Farzan buat ngajakin maen game, ya?" tuduh Dara curiga.

"Iya."

Dara melotot, hendak melayangkan sendoknya namun sadar kedua orang tuanya ada di sana. "Jangan ganggu dia, ah!"

"Tapi Bang Parjan gak ngerasa keganggu, Kak. Gimana, tuh?"

"Tapi jadinya Kakak yang ngerasa gak enak!" tanpa sadar, Dara lupa mengontrol suaranya karena kesal. Ia menarik perhatian kedua orang tuanya.

"Kenapa, Ra?" tanya sang ibu heran, namun tak sengaja ia melihat ke arah jendela. "Loh, kok angkot ada di sini?"

Lantas yang lain pun ikut melihat, kecuali Kio yang masih asik menyantap sarapannya. Ia terlalu sibuk untuk memerhatikan hal yang tidak penting.

Tepat pada saat itu, suara notifikasi tanda pesan masuk berbunyi dari ponsel Dara yang tergeletak di meja makan. Dengan segera ia mengambilnya dan membuka pesan yang baru saja masuk.

dio

kluar
sklian bawa tas
cpt
ajk kio jg

iyaaa

Dengan secepat kilat, Dara mengambil tas kemudian mencium pipi kedua orang tuanya dengan cepat, lalu pergi keluar setelah pamit. Tetapi pada saat masih di ruang tamu, ia melupakan sesuatu hingga kakinya kembali berlari ke dapur. Melihat Kio yang sudah selesai, Dara langsung menariknya keluar, tak mempedulikan gerutuan kesal dari adiknya.

"HALO, BU KETUAA."

"WELKAAAAAM."

Dara tertawa keras mendengar sapaan itu. "Kalian kenapa kok naik angkot?"

Tanpa menjawab pertanyaan itu, Andra langsung menarik Dara naik. "Ntar aja tanya-tanyanya, Beb. Kalo lo nanya sekarang tar kita keburu telat."

"Eh, lo bocah. Sini, sekalian kita anterin."

"Gak usah deh, Bang. Sekolah kita beda arah, tar kalian telat," sahut Kio menolak. Ia kemudian menunjuk ke arah sang ayah yang tengah bersiap. "Gue sama Papa aja. Makasih, gue duluan."

"Loh, tumben."

Dara tersenyum miring melihat hal itu. "Kio gak tahan kalo naik angkot. Bawaannya mual mulu. Makanya nolak, tuh."

"Hamil?"

"Eh, buset gak gitu juga, goblok," satu geplakan di belakang leher dari Ersya mendarat mulus pada Ardi.

"Lah, jadi?" tampang polos tapi minta ditampol itu terlihat lagi.

"Au," sahut Ersya malas. "Pak, berangkat cepat tar kita telat!"

"Oke, siap!"

Dara tertawa pelan kemudian memilih tempat duduk. Ia hendak berjalan ke depan, namun Revan menariknya dan menempatkannya duduk di samping Dio yang berada di paling belakang.

"Ketua sama wakil harus akur."

"BETOOOL!"

Dara mencebik, "Emang berantem? Kan akur nih," katanya sembari menepuk-nepuk bahu Dio.

"Iyain aja udah iyain."

"Eh, BTW tadi kalian belum jawab pertanyaan gue. Kok naik angkot? Motor kalian ke mana?

"Kan ada razia sekarang, Ra," jawab Asep. "Gara-gara FesGa jadinya kepsek adain razia motor."

Dara mengernyit heran, "Dadakan? Trus kok kalian pada tau?"

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now