33 || Perihal Plester

73.3K 13.8K 1.2K
                                    

"Gausah sokab

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Gausah sokab."

Dara mendengkus seraya merotasi kedua bola matanya dengan jengah. Kedua tangannya masih setia memegang erat lengan Alfa, walau cowok itu memberontak dengan menarik kembali tangannya sampai Dara nyaris terseret.

"Mau lo apa, sih?" ketus cowok itu.

"Ujung bibir lo berdarah, diobatin dulu kenapa, sih?" pinta Dara bersikeras.

"Gue gak———"

"Bodoamat, deh!" tanpa mendengar penjelasan Alfa, cewek itu langsung menarik tangan si cowok dengan paksa. Untungnya tidak ada pemberontakan saat ini, ia yakin cowok hobi baku hantam itu sudah lelah dengan tingkahnya.

Dara menarik Alfa menuju warung Bude Irma. Sekalian membeli minuman yang Asep rekomendasikan untuknya. Lagipula, kelas yang tengah heboh itu tidak terlalu cocok dengan suasana saat ini. Dara tidak tahu apakah yang lain mengetahui hal ini, yang pasti ia hanya ingin cari aman saja.

"Keras kepala," cibir Alfa saat Dara bersiap-siap untuk mengobati luka kecilnya, menurutnya setidaknya.

"Diem, jangan ngomong dulu," Dara menepuk-nepuk pelan kapas yang sudah dilumuri dengan obat merah pada luka cowok itu. Setelahnya yakin sudah steril, ia menempelkan plester warna peach dengan hiasan donat-donat yang lucu dan menggemaskan. Sebenarnya bukan kemauannya, tapi saat ini ia hanya membawa plester dengan model seperti itu.

"Luka kecil doang lebay amat," cibir Alfa lagi.

Dara melirik cowok itu kemudian memukul lengannya. "Kecil atau enggak, tetep aja namanya luka harus diobatin. Bawel banget, udah diobatin juga."

"Terus? Gue harus bilang makasih?"

'"Gak usah," jawab Dara ketus sembari mengambil obat merah tadi dan pergi sebentar untuk mengembalikannya pada Bude Irma. "Ayok ke kelas."

"Males."

Dara menghela napas panjang. Ia kembali duduk di samping Alfa yang terlihat melamun. "Kalo boleh tau, bokap lo kenapa kayak gitu tadi?" tanyanya pelan memberanikan diri.

"Lo gak boleh tau."

"Gue gak bakal maksa lo buat cerita, tapi gue cuman mau bilang," Dara berdiri dan jongkok di hadapan Alfa, mendongak, menatap wajah heran itu dengan senyum tulus,

"lo jangan pernah ngerasa sendiri. Ada gue, sama yang lainnya, yang siap jadi tameng lo."

***

"Wow, so cute," celetuk Ersya jahil saat Alfa dan Dara masuk ke kelas bersamaan.

"Cute pala lo," balas cowok itu.

"Hansaplast lo kyud bener anying jadi macam banci lampu merah."

Dan sebuah buku mendarat di kepala Farzan dengan teramat mulus. Alfa mengambil ponselnya lalu melihat bayangan dirinya di layar hitam tersebut. Mendengkus tak percaya, matanya melirik tajam Dara yang sudah duduk dengan cengirannya.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now