47 || Akhirnya Jalan Keluar

71.7K 14.7K 4.6K
                                    

Rumah dengan cat warna abu-abu dan pagar merah itu terlihat kontras dengan rumah lainnya yang rata-rata dicat warna terang. Dengan bantuan Asep kini mereka bisa ada tepat di depan rumah yang diyakini merupakan rumah Jesa, walaupun memakan waktu lumayan banyak karena mereka terus salah masuk gang.

"Jabatan Jesa di OSIS apaan?"

"Seksi dokumentasi," jawab Asep cepat dan segera melanjutkan ketika mereka menatapnya dengan jahil, "Gue pernah nyari tau dikit."

"Sep, lo panggil gih," suruh Ardi yang sudah duduk di pinggir jalan karena lelah.

"Masa' gue?"

"Ya jadi sape anying."

"Dara, lah."

Dara melongo heran seraya menunjuk dirinya sendiri tetapi kemudian ia menggeleng. "Jangan gue dong. Gue gak kenal banget sama Jesa. Lo aja deh, Sep," tolaknya dan kembali menunjuk Asep.

Dengan banyak pertimbangan akhirnya Asep mengalah. Ia maju selangkah, membuka mulutnya hendak memanggil tetapi kemudian kembali terkatup. Diam sejenak, kembali membuka mulut tetapi akhirnya terkatup lagi. Begitu terus sampai akhirnya Farzan bosan dan memilih untuk melakukannya duluan,

"ASSALAMUALAIKUM! JESAAA! OH, JESAAA!"

"Rumah nih takde orang!"

Ersya lantas menoyor kepala Ardi yang seenaknya menyahut. "Bukan lo yang dipanggil bego. Waras dikit dong."

"Oke, Ca."

Hening beberapa saat sejenak, tidak ada yang keluar dari rumah tersebut. Dara mengernyit heran dan ikut memanggil lagi,

"PERMISI!"

"JESA BUKA DONG ATAU GAK KITA GEBREK NIH?" Ardi membuka suara yang langsung dihadiahi tamparan di leher oleh Alfa.

"Eh, tunggu!" sela Dara membuat semuanya mengalihkan pandangan ke arah ketua kelas tersebut. "Sekarang 'kan masih hari sekolah. Jesa sekolah dong?"

Penyataan itu membuat mereka semua bungkam sembari menatap ke arah rumah dengan cat warna abu-abu tersebut. Dara menghela napas, ia kira prosesnya akan berlangsung dengan cepat. Ternyata tidak juga.

"Sep, lo gak punya nomor---"

"Iya?!"

Sahutan keras itu mengalihkan pandangan mereka semua. Suara itu bukan dari rumah abu-abu yang mereka kira sebagai rumah Jesa, melainkan dari rumah bercat kuning dengan pagar hitam. Setelah menggeser posisi sedikit, kini mereka mendapati Jesa yang menatap mereka kebingungan.

Andra melongo seraya menunjuk Jesa dan rumah cat abu-abu tadi secara bergantian. Mereka semua diam melongo seraya mencerna kejadian apa yang baru saja terjadi. "Kok lo di situ? Rumah lo kan di sana...?"

"Maksudnya, Kak?" tanya Jesa heran.

Tepat sebelum Dara kembali membuka mulutnya, mereka mendengar pintu dari rumah cat abu-abu itu bergerak seperti ada yang hendak membukanya dari dalam. Hal itu membuat mereka semua bergerak was-was.

"KAK, MASUK CEPAT KE SINI!" suruh Jesa cepat dan secara serempak dengan raut wajah panik mereka semua segera berhambur pergi ke rumah Jesa. Setelah memastikan semuanya ada, si pemilik rumah langsung menutup rumahnya.

Hening sejenak, beberapa saat kemudian mereka mendengar seruan yang lebih ke ancaman.

"ORANG ISENG LAGI... ORANG ISENG LAGI! GAK ADA HABIS-HABISNYE, YE! AYE CINCANG BADAN LU PADE, AWAS AJE!"

Teriakan itu membuat mereka menahan napas, suasana tegang menyergap. Dengan perlahan Jesa bergerak ke luar untuk mengintip, ternyata sudah aman. Si tetangga yang tampaknya galak itu sudah kembali masuk ke rumah.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now