05 || Kasus Alfa

110K 18.5K 796
                                    

Terpaku, terdiam, bergeming

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terpaku, terdiam, bergeming.

Dara menatap takut pada guru BP yang ada di hadapannya ini. Seumur-umur belum pernah sama sekali ia menginjakkan kaki ke ruangan ini. Paling hanya ingin menyampaikan pesan dari guru lain, atau Bu Ema sendirilah yang meminta bantuan padanya.

Tapi sekarang, ia di sini, untuk kasus orang lain.

Baiklah, paling tidak inilah pengalaman pertamanya menjadi seorang ketua kelas.

"Berarti yang dibilang guru lain benar. Kamu jadi ketua kelas IPS 5," ucap Bu Ema sambil menatap Dara.

Dara tersenyum kaku sambil sedikit menunduk. "I-iya, Bu."

Bu Ema berdeham sebentar sebelum kemudian menatap Alfa tajam. Cowok itu masih santai bersedekap sambil menatap cowok yang berada di samping Bu Ema. Ya, si Kutu Buku tadi.

"Kamu liat anak ini, Dara? Dia babak belur," ucap Bu Ema penuh penekanan sembari menunjuk Gio. Cowok itu hanya menunduk sambil sesekali meringis sakit. Tapi Dara curiga, itu hanyalah akting semata agar Bu Ema kasihan kepadanya. Ia tahu bahwa cowok inilah yang mencari masalah.

"Dan itu semua," telunjuk Bu Ema naik tepat ke depan wajah Alfa yang datar tak berekspresi, "gara-gara anak ini. Temen sekelasmu, si cowok yang suka baku hantam ini."

Dara menggigit bibir bawahnya lalu melirik Alfa sedikit. Cowok itu masih tenang, seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Ia sepertinya sudah terbiasa dengan semua ini.

Dara mengangguk pelan. "Iya, Bu. Saya tau."

Bu Ema tersenyum miring. Tercetak rasa puas di wajahnya. "Nah, jadi kamu tau 'kan langkah yang harusnya dilakukan?"

"Menasehati Alfa? Baik, Bu," balas Dara santai, sontak membuat Alfa menoleh ke arahnya dengan wajah yang heran. Dara juga mendapat tatapan tak percaya dari Bu Ema. Dan tatapan sinis dari Gio.

Tetapi Dara tidak menghiraukan itu.

"Kenapa malah nasehati?" tanya Bu Ema tidak setuju. "Harusnya dia minta maaf, lah. Salahnya dia bikin Gio sampe bonyok gini, kan?"

Data menghela napas pelan. Ia tidak terima perkataan guru BP itu. Beliau terkesan sangat ingin membuat Alfa salah.

Dara tersenyum tipis. "Maaf, Bu. Kalo urusan ini, saya belum bisa apa-apa. Yang namanya minta maaf itu harus tulus dari hati, bukannya paksaan atau perwakilan dari orang lain," terangnya langsung membuat Bu Ema melotot, Gio yang mendengkus pelan yang langsung disambut oleh Alfa yang terkekeh sinis.

Dara bangkit. Ia menarik seragam bagian lengan Alfa agar cowok itu ikut berdiri juga. Dara tersenyum tipis lalu menundukkan kepalanya sebentar sebagai bentuk hormat. Alfa malah menatapnya bingung.

"Dan, maaf, Bu. Setau saya, yang buat masalah duluan itu bukan Alfa, tapi Gio sendiri yang selalu meremehkan kelas IPS 5 dan mengundang emosi," ungkap Dara gamblang dan termasuk berani. Bukan karena dirinya pelawan, tetapi kedua belah pihak memang sama-sama salah. Gio yang memulai pertengkaran dengan mengolok-olok kelas IPS 5, lalu Alfa yang terlalu emosi memukuli Gio sampai babak belur. Bu Ema tidak adil. Beliau seolah-olah tahu semuanya dan memutuskan untuk menyalahkan Alfa si Anak yang Suka Baku Hantam itu. Dan Dara tidak suka hal ini.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now