35 || Si Tengil

75.3K 14.1K 1.6K
                                    

Dara terdiam sejenak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dara terdiam sejenak. Tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Andra. Jujur, ia tidak tahu harus menjawab apa, atau bahkan memberi tanggapan apa. Pertanyaan itu tidak pernah terpikir olehnya. Lagipula, hal tersebut terlalu dadakan.

"Nah iya, kalo ada gimana tuh, Ra?" desak Alfa dengan santai namun masih membuat Dara diam.

"Itu....———"

"Topiknya napa jadi gini?" potong Dio cepat mengalihkan seluruh atensi. "Ganti," sambungnya dengan kedua mata menatap Andra.

Andra menaikkan kedua alisnya ketika mendapati Dio menatapnya. Dengan nada yang terbilang santai ia menyahut, "Lah kan kepo."

Wakil ketua kelas itu kembali memperjelas, "Itu privasi, Dra."

"Iye-iye."

Ardi secara tiba-tiba mendekat ke telinga Andra dan berbisik, "Si Dio lagi sensian bego, maklumin aja."

"Gue denger ya curut."

Kembali ke posisi normal, Ardi melipat kedua tangannya di dada kemudian menaikkan dagunya sembari menyeletuk, "Oh aja oh."

Dara tersenyum kaku dan berusaha untuk kembali santai, walau batinnya tahu ada yang tidak beres di sini. "Eh, nanti kita ke kafe, kan?" tanyanya berusaha mengalihkan topik.

"Gue lupa bawa buku."

"Sama."

Mereka semua serentak mengangguk setuju dengan pernyataan Revan. Buku-buku tersebut mereka tinggalkan di kelas, lebih tepatnya di laci meja masing-masing. Karena menurut mereka, lebih baik membawa beberapa kaos daripada mengisi tas dengan hal yang tidak berguna. Toh, mereka belajar juga tidak tiap saat.

Dara tercengang sejenak dan kembali bertanya, "Terus kalian mau pelajaran apa?"

"Ajarin gue Fisika dong, Ra."

"Anjay."

"Yang tentang reproduksi tapi."

Satu geplakan berhasil dilayangkan ke belakang kepala Farzan. Cowok itu mengaduh kesakitan lalu segera memberi tatapan tajam pada si pelaku. Sedangkan Andra dan Ardi sudah tertawa melihat raut wajah cowok tersebut.

"Lagian dongo bener jadi manusia," sungut Ersya tak habis pikir.

"Gue kan pura-pura bego biar lucu, Ca. Gimana sih lo."

"Lo kan emang bego," sahut Ersya kemudian memberi satu lagi geplakan pada cowok tengil itu. "Ca apaan anjir, Ca bapak lo."

"Tapi kan nama lo Caca."

"Di, mulut lo mau gue sumpel pake sempak?" ancam Ersya.

"Ampun, Adinda."

Ersya menarik napas panjang kemudian mengembuskannya dengan perlahan. "Dra, tahan gue," pintanya pada Andra yang langsung sigap memeluk sebelah lengannya.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now