09 || Pembenci Topeng

95.6K 16.7K 1K
                                    

"Setiap hari kalian begini? Tangan kalian gak sakit apa?" tanya Dara tak percaya pada Asep di sampingnya yang tengah beristirahat setelah 1 jam lebih latihan tinju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Setiap hari kalian begini? Tangan kalian gak sakit apa?" tanya Dara tak percaya pada Asep di sampingnya yang tengah beristirahat setelah 1 jam lebih latihan tinju. Cewek itu menatap para cowok yang masih saja berlatih tinju pada samsak masing-masing.

Rumah Farzan memang markas yang pas. Bahkan semua tiang serta samsak itu Farzan-lah yang menyediakan. Bukannya yang lain tidak mau membantu, tetapi cowok itu yang bersikeras.

"Gak," jawab Asep singkat. Ia membuka tutup botol air mineralnya lalu meneguknya asal. Dada bidangnya yang berkeringat kini semakin basah akibat air mineral yang ia minum dengan asal. "Gak tiap hari. Hari-hari tertentu doang."

"Ini hari Sabtu, berarti kalian lakuin ini setiap hari Sabtu?"

"Dan Minggu," tambah Asep memperbaiki.

"Lo gak mau ikutan?"

Dara langsung menoleh pada Asep dan segera menggeleng keras. "Gak mau, gue gak bisa. Lagipula gue cewek sendirian di sini."

Asep mengernyit bingung. "Loh? Emangnya kenapa kalo lo cewek sendirian di sini? Kita emang nakal, tapi enggak brengsek."

Dara menunduk. Ia merasa telah salah memilah kata.

"Lo gak bisa? Kita ajarin. Gampang, kan?"

Lo ngomongnya gampang, Sep. Di gue yang susah, gerutu Dara di dalam hati.

"Yakin? Mungkin lo doang yang berpikiran gitu," Dara menghela napas, "yang lain belum tentu."

Asep menaikkan satu alisnya. Ujung kanan bibirnya naik, membentuk senyuman yang terkesan meremehkan. "Tau darimana? Gue lebih kenal mereka daripada lo."

Dara yang tadinya menunduk langsung mendongak dan menatap Asep bingung.

"Walaupun bandel, kita gak pernah ninggalin kata solidaritas dan kekeluargaan. Utopia itu udah kayak keluarga bagi kita. Nyaris 2 tahun sekelas, itu bikin kita tau apa arti keluarga yang sebenarnya," ungkap Asep sembari menatap langit. Ia seperti sedang berkhayal.

"Keluarga?"

"Kita semua punya latar belakang keluarga yang buruk," papar Asep tanpa ragu.

Dara langsung mengatupkan mulutnya. Hanya dengan kalimat itu, rasanya Dara sudah paham tentang apa yang tengah disampaikan oleh Asep. Tidak perlu diperjelas, Dara merasa itu akan menyakitkan.

"Karena itu, cuman di sekolah kita ngerasa punya keluarga. IPS 5 atau kita mah bilangnya Utopia, kelas yang dianggap jelek atau mungkin diidam-idamkan sama cewek-cewek, gue gak peduli semua itu. Mau dibilang jelek, malu-maluin, atau hal buruk lainnya, gue gak peduli. Yang penting, Utopia keluarga gue."

Dara menatap nanar ke arah Asep. Cowok itu masih menatap langit, seakan memang tidak mau bertatapan dengannya. Ia tahu bahwa dari tatapan itu ada luka yang dalam. Dara bisa memaklumi itu semua.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now