25 || Asep dan Alerginya

85.1K 15.6K 1.9K
                                    

Kalau ditanya pelajaran apa yang paling membosankan, mungkin Bahasa Indonesia termasuk ke dalamnya. Ya walaupun dalam dunia murid, semua pelajaran itu membosankan.

Walaupun agak judes, syukurnya Bu Nining masih bisa untuk dibujuk dan kembali mengajar di kelas IPS 5. Sempat menolak dengan alasan menyerah, Dara serta Dio tak hentinya membuntuti guru yang termasuk dalam jajaran guru tertua di SMA Harapan.

Hingga akhirnya, Bu Nining mau kembali mengajar walaupun terus menerus mengeluarkan gerutuan kecil.

"ANDRA!"

Andra yang tadinya hendak kembali memejamkan mata lantas tersentak mendengar seruan Bu Nining yang cempreng. Dengan segera ia menegakkan posisi duduknya dan menatap beliau. "Iya, Bu?"

"Kamu niat belajar gak sih?!"

Andra mencibir pelan, "Ya jujur aja, enggak niat pake banget sih."

"APA KAMU BILANG?!"

"Eh, enggak, Bu. Niat belajar kok nih liat nih bukunya bercecer di meja," sahut Andra segera seraya menunjuk buku-bukunya yang terbuka di meja.

"Dra, kita kagak belajar tentang komik bego! Kita belajar tentang surat laraman noh!"

"Lamaran Ardi, lamaran, astaga."

"Lah iya, Sep."

Andra sedikit memutar kepalanya dan mendelik pada cowok tengil itu. "Bacot lo kuyang."

"Kuyang bapak kau."

"Bapak gue gak kuyang, sorry."

"Tapi emak lu."

"Sialan Ardi—"

"Mending kalian berdua maju sekarang, jelasin materinya. Ibu yang jadi murid, kalian gurunya. Cepetan."

Mendengar itu, wajah Andra dan Ardi mendadak pias. Mereka tahu itu adalah perintah mutlak yang tak bisa diganggu gugat dengan segala macam bujuk rayu. Bagi mereka, lebih baik dihukum keluar kelas daripada disuruh menjelaskan materi. Kalau keluar kan enak, bisa ke kantin sambil ngadem. Atau ke UKS buat sekadar tidur siang. Manfaatkan waktu luang yang berharga, motto mereka.

"Kok jadi saya sih, Bu?" protes Ardi tak terima. "Kan yang OTW molor si Andra."

"Yang tadi adu mulut siapa aja?"

"Saya sama Andra."

"Yaudah."

Ardi terdiam mendadak. Dalam hati menggerutui dirinya yang sudah berani protes pada guru Bahasa Indonesia. Tentu saja ia akan kicep. "Tapi, kan—"

"Gausah banyak cincong," tukas Bu Nining cepat kemudian menarik tangan Ardi dan Andra dengan paksa menuju ke depan kelas. Setelah kedua remaja itu sudah berdiri di depan dengan tampang yang sangat mengundang iba sekaligus tawa, beliau segera menuju bangku Andra dan duduk di sana. "Ayo, jelaskan tentang novel."

"Bu, saya boleh nanya?"

Mengangkat kedua alis heran, Bu Nining lantas memperbaiki posisi kacamatanya sebelum menjawab, "Iya, boleh."

"Ini kita jadi gurunya, kan, Bu?"

Mengangguk dengan perlahan, ekspresi Bu Nining terlihat bingung. "Iya, kamu jadi guru sekarang. Jadi tolong lakukan apa yang seharusnya guru lakukan."

Ardi dan Andra terdiam sejenak sebelum bertukar pandang dan saling melempar senyum tengil. Perasaan Dara mendadak tidak enak dan merasa akan ada sesuatu yang memancing emosi Bu Nining.

"Oke anak-anak sekalian, karena saya adalah guru baru kalian, mohon izin memperkenalkan diri sejenak. Karena kalau gak kenal maka gak tahu kan, Nining?"

utopia (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang