51 || Penampilan IPS 5

83K 15.5K 5.3K
                                    

Suasana aula sudah sesak dipenuhi oleh para manusia. Mereka semua duduk teratur di kursi yang disediakan. Dan karena penampilan selanjutnya belum dimulai, mereka memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan lain seperti bergosip dan bermain.

Dara menggigit kuku tangannya. Kakinya bergetar, keringat dingin terus mengalir di pelipis. Tanda-tanda yang cukup untuk membuktikan bahwa dirinya gugup. Selama bersekolah di sini, ia jarang berhadapan dengan banyak orang. Hanya saat menerima piala kala ia mendapat juara paralel atau memenangkan olimpiade saja. Dan sekarang, ia dipaksa tampil di depan banyak orang. Gugup, cemas, takut, campur menjadi satu.

Dio menghela napas pelan. "Gak bisa diem?"

"Gimana gue bisa diem? Lo gak inget---"

"Iya," sela Dio cepat. "Tapi kan ada kita."

Dara mengusap wajahnya yang sudah lembab karena keringat. Perkataan Dio tadi belum cukup untuk menenangkan dirinya.

Tadi Dara memutuskan untuk mengikuti permintaan Pak Tegar teman-temannya, asalkan ia tidak tampil sendirian. Jadilah sekarang Dio, Alfa, Asep, Andra, serta Revan menemaninya sebagai pengiring. Mereka sudah siap dengan alat musik masing-masing. Mereka juga sudah berlatih sebentar di kelas. Kecuali Dara. Cewek itu menolak untuk berlatih dengan suara keras. Ia hanya mengeluarkan suara kecil yang terdengar seperti bisikan.

"Parjan beli apa ye buat makan nanti?" celetuk Andra tiba-tiba.

"Tadi udah gue bilang secukup uang kas aja. Mau beli apaan dia gak bilang sih," jawab Dara mengingat dirinya menempatkan Farzan sebagai orang yang mengurus konsumsi nanti.

Alfa menyahut sembari tetap meregangkan jari-jarinya, "Parjan kan rada goblok. Paling tar ditambahin pake uangnya sendiri."

Dara mendelik, "Awas aja."

"Gue laper," Asep memegang perutnya sembari menyeletuk.

"Sama," sahut Dio melakukan hal yang sama. "Tiba-tiba."

"Tumben gugup," sambar Revan melirik kedua orang itu.

Dio berdecak. "Laper, Pan. Bukan gugup."

"Iyalah gugup. OTW nampil di depan crush," sahut Alfa seraya tertawa pelan.

Dara mengernyit aneh dan menggelengkan kepalanya. Bukan saatnya ia memikirkan hal itu. Yang harus ia pikirkan adalah bagaimana caranya agar dirinya tidak merusak reputasi IPS 5. Bagaimana caranya agar dirinya tidak di---

"Ra, ayok! Kita udah dipanggil anjir!"

Seruan Andra membuyarkan lamunan Dara. Ia mengerjap pelan, baru sadar yang lain sudah stand by dengan peralatan masing-masing. Menghembuskan napas pelan, matanya tidak sengaja menatap Dio yang terlihat prihatin. Walaupun begitu, ia tidak bisa menarik perkataannya lagi.

"Oke."

Ketika naik ke panggung, mereka sudah disambut oleh teriakan heboh dari penonton. Dara tidak menyangka akan seramai ini. Sebelumnya ia hanya ikut menyaksikan setengah penampilan, karena setelahnya dirinya akan ke lab untuk berdiskusi tentang olimpiade.

Semua peralatan yang dibutuhkan sudah siap. Terima kasih karena klub musik mengizinkan mereka memakainya sebentar, walaupun harus menandangani surat jaminan 'tidak-akan-rusak' sebab apa yang dipinjam terbilang lumayan.

Mereka langsung bergerak menuju tempatnya. Dio bergerak mengambil biola sembari mengecek mic di depannya sebab dirinya juga mendapt bagian untuk menjadi pengiring lagu. Alfa bagian piano sekaligus vokalis yang menemani Dara. Andra masuk ke drum. Serta Asep di bagian bass. Dan jangan lupa si bintang utama, Dara datang menempati posisi sebagai vokalis utama.

utopia (segera terbit)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora