32 || Alfa, Cowok dengan Luka

75.4K 13.9K 1.1K
                                    

"Kalian hebat juga, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian hebat juga, ya."

Revan yang berjalan di sebelah seraya memakan bakwan menoleh, "Kenapa?"

"Pemikiran kalian terbuka," jawab Dara seraya tersenyum. "Kalian kayaknya jago debat juga."

"Lo muji?"

Senyum cewek itu luntur. Dengkusan sebal terdengar seraya dengan rotasi kedua bola mata yang jengkel. "Ya iyalah. Gue salut banget, kalian hebat tau."

"Emang."

Dara mencebik, "Ishh...."

"Buru panggil si Tita," titah Revan, menggerakkan dahunya ke arah Bu Tita yang sedang bercakap ria dengan sesama guru lainnya di depan ruang guru. Beliau terlihat tanpa beban tertawa keras, padahal harusnya sekarang ini posisi beliau sudah ada di kelas.

Dara menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Bagaimanapun ini tanggung jawabnya, ia harus menerima segala kemungkinan.

"Gue tunggu di sini, gorengannya belom abis," Revan berhenti dan bersandar di dinding. Memerhatikan Dara yang bergerak menuju guru Geografi itu, sembari memakan gorengannya.

"Permisi, Bu," salam Dara segan.

Bu Tita yang tadinya tengah berbincang akhirnya berbalik ke arah Dara.

"Eh, saya duluan ya, Bu."

"Oh, iya, Bu."

Setelah guru lainnya hilang dari pandangan, Bu Tita menatap Dara masih dengan senyumannya. "Iya, kenapa, Cantik?"

"Ibu gak masuk kelas? Sekarang jam pelajaran Ibu," senyum kaku tercetak di wajah ketua kelas IPS 5 tersebut.

"Oh, iya? Kelas berapa kamu?"

"IPS 5, Bu."

Senyum yang tadinya lebar seketika luntur mendengar jawaban Dara. Beliau malah terlihat malas menanggapi Dara, bahkan sudah mengalihkan pandangannya.

Dara mengatupkan mulut, sudah menduga hal ini akan terjadi. "Bu?"

"Emang kelas kamu itu masih ada niatan buat belajar, ya? Bukannya yang teman-teman kamu tau itu buat onar sama mempermalukan sekolah aja, ya?"

Tersenyum miris, Dara menyahut, "Kami juga anak murid, Bu. Hak kami kan dapet ilmu, bukan dapet hinaan. Bandel gak bandel kami sekolah juga bayar kali, Bu. Masa Ibu mau dapet gaji buta?"

Bu Tita diam tak membalas. Namun sorot mata yang menajam itu menunjukkan bahwa emosinya terpancing oleh perkataan Dara. "Kurang ajar kamu."

Dara menghela napas pelan. Sudah menduga dua kata itu akan meluncur dari mulut beliau.

"Padahal saya cuman ngasih fakta, tapi kenapa saya malah dikatai kurang ajar, Bu?"

"Alah kamu, melawan aja taunya," balas Bu Tita tidak mau kalah. Beliau berkacak dan masih menatap Dara dengan pandangan yang sama. "Saya gak mau ngajar di kelas kalian, karena teman-temanmu itu pada bandel, susah nangkep lagi. Daripada saya capek fisik dan batin, kan? Toh, gak ada gunanya kok," sanggahnya.

utopia (segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang