17 || Kekesalan Kio

89K 16.1K 2K
                                    

"Rumah lo sepi banget

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Rumah lo sepi banget."

Dio menatap rumah Dara yang sangat sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Bokap kerja, nyokap mungkin lagi ke rumah saudara, Kio belum balik." Dara melangkah tertatih menuju rumahnya. Ia merogoh bagian saku kecil di tasnya untuk mengambil kunci rumah. Sebelum ia membuka pintu, kepalanya menatap Dio yang masih di tempat. "Masuk aja dulu, gue buatin minum. Motor lo taro di bagasi samping aja biar aman."

Dio melakukan apa perkataan Dara. Ia mendorong motornya untuk masuk ke garasi rumah. Setelah itu, dengan masih membawa helm ia melangkah masuk menyusul Dara. Namun baru saja di ambang pintu, ia langsung tergesa-gesa berjalan karena si pemilik rumah sudah bersandar di dinding sembari meringis kesakitan.

"Bandel banget lo dibilangin," keluh Dio lalu memapah tubuh Dara untuk duduk di sofa. "Obat maag lo ada?"

"Ha-habis," Dara masih merintih kesakitan.

Dio mendengkus tak percaya. Ia meletakkan helm di meja lalu merogoh saku celana untuk mengambil kunci motor. "Lo di sini bentar, gue pergi ke apotek dulu."

Sebagai jawaban, Dara mengangguk lemas membuat Dio semakin tidak tega.

Belum saja melangkahkan kakinya, bunyi ricuh motor yang seperti baru saja datang membuat Dara dan Dio saling bertukar tatapan heran. Si cowok langsung keluar rumah untuk melihat siapa yang mampir, walaupun beberapa nama sudah ada di otaknya.

"Hello, my bro!"

Tuh, kan. "Kalian ngapain ke sini?"

"Jenguk Dara, dong! Gabut di sekul," jawab Andra lalu menyelonong masuk setelah meletakkan motornya di depan rumah.

"Daraaaaaa, Babang Ardi datang nich!"

"Najong!"

Dio tidak menghiraukan kericuhan mereka dan memilih menatap Asep. "Sep, gue mau beli obat maag dulu. Lo awasin tiga orgil itu, ya?"

Asep tertawa geli mendengar Dio mengucapkan julukan itu. "Sip."

"Gue ikut," Revan menyahut membuat Dio mengangguk mengiyakan. Mereka berdua langsung menuju motor masing-masing.

Asep menatap Alfa yang sedari tadi hanya diam. Ia merangkul pundak cowok itu membuat si empunya tersentak kaget. Asep lantas tertawa pelan melihat reaksi cowok hobi berkelahi itu. "Lo ngelamunin apa, Markonah? Ayok masuk."

Alfa hanya menggerutu pelan lalu ikut masuk dengan posisi masih dirangkul oleh cowok bule itu.

"YEE SI TOLOL MALAH DIAJAK MAEN HOMPIPAH! PERUTNYA LAGI SAKIT GOBLOK!"

"Kata emak gue kalo ada yang sakit harus dibikin sakit lagi biar terbiasa."

"EMAK LO SESAT, ASU."

utopia (segera terbit)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن