23 || Haje Demen Sempak Kakak?

83.2K 15K 914
                                    

"Duh, gue ganteng banget asli."

"Duh, gue mau muntah asli."

"Sirik aja lo."

Farzan mencibir, "Sirik iji li, kepala lo kotak."

"Daraaaaaa!"

"Ish, apa, sih?!" balas Dara kesal karena sedari tadi Andra memanggilnya tanpa alasan.

"Ih, enak, deh, liat lo kesel, imut gitu," goda Andra.

Dara langsung mengambil kotak pensilnya lalu berbalik dan memukuli kepala Andra dengan benda itu.

"Iya, iya! Gue nyerah!"

Dara mendelik pada cowok itu lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing membuat kelas menjadi bising.

Dan Dara tidak menyukai hal ini.

Pak Rizky hari ini tidak masuk. Tadi ketika Dara tanya pada Pak Tegar, katanya beliau sedang sakit dan sudah tidak masuk dari semalam. Sekelas langsung saja mengeluh dan menggerutu saat ia membawa kabar tersebut. Karena mereka merasa sia-sia, padahal sudah belajar keras semalaman.

Untung mengurangi rasa penyesalan itu, Dara meminta tugas pada Pak Tegar. Untungnya wali kelasnya itu bertugas sebagai guru piket hari ini, jadi ia tidak akan repot-repot mendengar ceramahan dari guru lain.

Tapi tetap saja. IPS 5 tetaplah IPS 5. Sekumpulan manusia yang benci belajar.

Dara menoleh ke arah kanan dan mendapati Dio yang tengah tertidur dengan posisi terlentang di meja. Lalu kepalanya bergerak ke arah kiri, di mana Alfa tengah bermain game dengan suara yang dikeraskan.

Di belakang, Andra, Ardi, Farzan, dan Ersya tengah bermain sesuatu sambil sesekali tertawa keras, berteriak, saling mengejek, dan sebagainya yang dapat menganggu pendengaran. Mereka berkumpul di meja Ardi yang di ujung kanan.

Asep tengah menonton film horor di laptop tanpa memakai alat seperti earphone atau headphone, jadi suaranya terdengar jelas. Revan yang masih setia membaca buku putihnya di kursinya dengan kedua kaki naik ke meja.

Oke, semuanya sibuk melakukan sesuatu yang menurut Dara tidak penting dan sangat mengganggu.

Dara beranjak lalu menggerakkan kaki Dio, berniat untuk membangunkannya. "Dio, jangan tidur di meja. Gak sopan!"

Dio bergerak, namun ia hanya menggeliat untuk mencari posisi yang nyaman. Ia tidak menghiraukan teguran Dara.

Dara kemudian beralih ke Alfa. "Alfa, game-nya bisa dikecilin gak suaranya?"

"Gue gak suka diatur."

Dara berdecak sebal. Lalu ia ke belakang. "Guys, bisa tenang gak?"

Keempatnya mengabaikan permintaan Dara dan malah semakin rusuh. Ardi bahkan bergerak memukuli Farzan sambil tertawa keras. Entah apa yang sedari tadi mereka bicarakan.

Dara kemudian menatap Asep yang masih fokus dengan film horornya. "Sep, pake earphone dong."

Nihil, ia tidak menjawab.

Dara mendengkus keras. Ia paling tidak suka diabaikan. Ia paling tidak suka dengan kondisi ini, karena ia juga sudah terbiasa dengan suasana kelas yang sepi dan sunyi. Ia benci hal ini.

Apalagi sekarang ia tengah kedatangan tamu. Amarahnya mudah meluap tak peduli sekecil apapun itu. Dah kini, para cowok itu benar-benar sudah memancing singa keluar.

"DIEM, WOI, DIEM. ADA TUGAS, KERJAIN!"

Seketika suasana hening. Mereka semua langsung mematung di tempat dan menatap Dara yang masih memasang wajah kesalnya. Matanya yang tajam memindai setiap wajah terkejut itu.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now