58 || Keputusan Akhir Pak Tegar

63.7K 12.8K 3.7K
                                    

"Gak ada. Pak Tegar gak ada di sekolah."

Dara memejamkan kedua mata seraya menghela napas berat mendengar Dio yang baru saja datang setelah menelusuri isi sekolah untuk mencari Pak Tegar.

"Yang lain mana?"

"Belom balik," jawab Dara pelan.

Setelah mendengar kabar yang tak pernah disangka itu, mereka memutuskan untuk segera menemui Pak Tegar. Mereka semua berpencar mencari wali kelas IPS 5 tersebut ke seluruh penjuru sekolah, kecuali Dara yang mencari via telepon.

"Lo tau sesuatu?"

"Tau apa?"

"Yang tadi lo bicarain sama Repan. Pak Tegar kenapa?" Dio kembali menanyakan kejadian di kantin.

"Fesga kemarin Pak Tegar sebenernya bukan mau nyebat atau nongki," Dara berhenti sejenak. Agak takut mengungkapkan faktanya. Ini termasuk privasi Pak Tegar. Beliau belum tentu tidak merasa keberatan ketika seseorang mengumbar hal tentang keluarganya.

"Jadi?"

"Itu...."

"Gak usah takut. Kalo Pak Tegar marah gue yang tanggung jawab."

"Ibunya kritis. Pak Tegar nyusulin ibunya ke rumah sakit."

Pada akhirnya Dara mengatakannya. Memang ada perasaan tak enak setelahnya, tapi ia juga merasa yang lain perlu tahu hal ini. Siapa tahu tindakan Pak Tegar ada sangkut-pautnya dengan keadaan ibunya.

Dio berjalan mendekat dan duduk di meja guru saat terdengar suara langkah kaki ramai dari koridor. Yang lain sudah balik, semua wajah lesu itu cukup menunjukkan bahwa pencarian mereka nihil.

"Pak Tegar kayaknya emang gak di sini lagi," papar Asep sembari duduk. "Kita udah keliling ke setiap ruangan sampe kantin belakang, Pak Tegar gak ada."

"Udah semuanya? Kalian gak ada yang tau tempat-tempat nongkrong yang masih di kawasan sekolah gitu?" tanya Dara memastikan.

"Gue kayaknya tau," Dio menyahut setelah tak sengaja terpikirkan satu tempat. Perkataannya membuat si ketua kelas kembali berharap. "Gue ke sana dulu," tanpa menunggu jawaban apa-apa cowok jangkung tersebut langsung berlari ke luar kelas.

Dara menarik napas panjang. Kepalanya pusing seketika. Kenapa kejadian buruk selalu menghampiri belakangan ini? Bukan, ia bukannya bermaksud untuk mengeluh. Hanya saja ini berbeda dengan pengalamannya sebelum masuk ke IPS 5. Dulu kehidupannya datar, tak ada yang menarik selain mengejar nilai sempurna. Tapi sekarang, setiap saat ada saja kejutan.

"Pantes tadi Pak Tegar gak ada angin, gak ada hujan tiba-tiba pidato panjang kali lebar," ucap Ardi.

"Makanya daritadi perasaan gue udah gak enak. Ternyata begini akhirnya," sahut Dara lemas.

"Susulin ke rumahnya aja gimana?" usul Asep tiba-tiba.

"Emangnya kalian tau di mana?"

Alfa berdecak dan menyahut, "Aelah, Ra. Pak Tegar bukannya baru jadi wali kelas kita."

"Ya udah, deh. Kalo Dio gak berhasil, pulsek kita coba cek ke sana."

"Kenapa gak sekarang aja?"

"Heh!" Dara spontan memukul lengan Alfa dengan kesal. "Sekarang masih jam sekolah. Gak inget apa Bu Puspa nyuruh kita nunggu."

"Lah, tapi kan dia nyuruhnya gak di kelas?"

Untuk beberapa menit mereka terdiam, saling melempar pandang satu sama lain. Suara yang terdengar hanyalah kebisingan dari luar. Sampai sesaat kemudian terdengar bantingan pintu yang nyaris membuat Farzan terjungkal lagi. Terima kasih pada Ersya yang tanpa sengaja menahan bobot tubuhnya.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now