27 || Penyelesaian Masalah

81K 15K 1.1K
                                    

piww janlup votements !

"Lah? Tumben letoy. Biasanya lu pada masuk di mari pake haha-hihi."

Mereka semua tidak langsung menjawab. Melainkan mengambil posisi masing-masing dan terduduk dengan lemas.

"LOH CA LU NGAPA KAYAK DIPUKULI WARGA SEKECAMATAN ANJIR."

"Emang dipukuli, tapi bukan sama warga," sahut Farzan sembari mengipasi tubuhnya dengan buku menu.

Jena mengernyit heran, "Lah trus?"

"Dia dipukuli sama anak IPA 2. Yang lain juga abis berantem, mending ayo bantuin gue ngobatin mereka. Ersya udah diobatin kok," jelas Dara membuat Jena membelalak kaget dan langsung menghampiri sepupunya yang masih terduduk lemas.

"Anjir, Ca. Lu gapapa? Bunda gimana? Udah lu kasih tau?" tanya Jena berturut-turut. Kecemasan terpampang jelas di sana. Kedua tangannya menangkup pipi cowok yang sudah dipenuhi plester itu.

Ersya tersenyum menenangkan dan menurunkan tangan sepupunya. "Gue gapapa. Jangan kasih tau Bunda, gue gak mau Bunda kepikiran."

"Ya ampun, Ca. Lu buat dosa apa sih."

Mendengar itu Ersya hanya mendengkus keras, masih merasa kesal dengan kejadian tadi. "Bukan gue yang mulai. Mereka yang tiba-tiba nyerang, udah itu rame-rame lagi. Emang benar, berasa kayak maling yang dipukuli warga sekecamatan."

"Udah, Jen. Mending kita ngobatin yang lain dulu. Kasian dari tadi make up-nya belum keapus."

Alfa terkekeh pelan. "Sialan lo, Ra."

Dara hanya menyengir lebar kemudian beranjak ketika matanya menangkap kotak P3K yang tergantung di tembok sebelah kanan. Untungnya Tiny Cafe sedang sepi pengunjung hari ini.

"Gue ngobatin Andra, Alfa, sama Dio, Revan. Lo ngobatin Asep, Farzan, Ardi."

"Dar," panggil Jena lalu mengangkat kedua tangan dengan raut wajah dramatis, "gua gak kuat kalo ngobatin dua bocah sedeng itu, Dar. Mending gua yang ngobatin Alfa, Dio, ma Revan, ma Asep. Tiga orgil tadi sama lu aja."

"Jahat kau Jubaedah," sahut Andra ikut dramatis.

"Tega kau mengatakan hal itu," tak lupa dengan Farzan.

"Ku menangiiiiiiiiiisss, membayangkan! Betapa kejamnya dirimu—"

"Dua tiga kamu dajjal, bacot kau dajjal."

"JENASU."

***

"Ahh...."

"ANDRA IH MALAH DESAH!" pekik Ardi tiba-tiba membuat Dara yang tadinya tengah menekan-nekan pelan luka terakhir yang ada di sudut bibir Andra menjadi tertekan dengan kuat secara tak sengaja.

"YA ALLAH RA SAKIT."

"Lebay ish," ejek Dara memukul lengan Andra pelan. Ia pun melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

"Lo ngapa desah tadi goblok?"

"Otak lo kebanyakan selangkangannya makanya mikir gitu," gerutu Andra setelah Dara selesai membersihkan lukanya. "Malu sama Repan."

"Dari tadi gue diem padahal," gerutu Revan masih dengan posisi kepala diletakkan di meja.

"Gebukin aja, Pan. Meresahkan," Farzan sang pecinta keributan menyahut.

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now