15 || Hukuman (2)

93.2K 15.9K 1.5K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dara menghela napas pelan lalu menatap Alfa malas. "Teman di konteks cerita gue kemarin itu lebih dekat daripada sekedar 'temen'. Sedikit mendekati 'sahabat', tapi 'temen' yang gue maksud kemarin itu di antara temen biasa sama sahabat. Nah sekarang, yang gue maksud itu temen biasa doang. Bagi gue, temen yang biasa doang itu kayak lo cuman kenal dan ngobrol sama gue, nah itu udah gue kategorikan sebagai temen yang biasa."

Alfa menggaruk belakang kepalanya seraya mengernyit aneh. "Lo ngomong apaan gak ngerti gue."

Dara mengibaskan tangannya di depan wajah Alfa seraya cemberut sebal. "Itulah intinya!"

"Lo kalo ngomong itu pake bahasa yang mudah dipahami kek. Udah tau gue bego, masih aja pake kata-kata yang diluar nalar gue. Lawak lo badut," keluh Alfa kesal.

Dara berdecak sebal. Ternyata apa yang sering dikeluhkan oleh adiknya terjadi juga pada Alfa. Kio memang sering mengeluh karena setiap Dara menjelaskan sesuatu, mulutnya selalu mengeluarkan kata-kata yang cenderung agak sulit dipahami. Kio yang masih SMP kelas tiga itu saja tak jarang memilih untuk tidak mendengarkan Dara sama sekali ketimbang harus mencerna omongannya.

Dara mengangkat sekop yang penuh dengan daun-daun kering itu lalu berjalan menuju tempat sampah yang dipegang oleh Ardi dengan perlahan. Ia berusaha agar daun-daun itu tidak berjatuhan.

"Dara, lo — "

Brak!

"ERSYAAAAA!"

Semuanya seketika mengalihkan atensinya pada dua orang yang sama-sama membatu itu. Bedanya, Dara membatu seketika karena semua daun-daun yang ia kumpulkan susah patah terjatuh berserakan. Sedangkan Ersya membatu karena dirinyalah pelaku dari kejadian tersebut.

"Ra ... — "

"KUTIP SEKARANG JUGA! KALO GAK, GUE PATAHIN LEHER LO!"

"Nah loh, siapa suruh bangunin macan yang lagi tidur."

"Mampus lo, Sya."

"Untung tadi gue masih fokus pungut sampah."

"Sabar, Ra, sabar. Patahinnya pas di kelas aja."

"Cari gara-gara, sih. Kena akibatnya, kan."

"Astaghfirullah, kalo gue jadi lo, Ra, udah gue potong itu anunya."

Perkataan Ardi membuat Farzan tertawa. "Buset, ganas anjir."

Ersya menatap Dara takut-takut. Beneran deh, Dara itu kalo marah bukan main galaknya. Memang benar, kalem di luar belum tentu kalem di dalam juga

utopia (segera terbit)Where stories live. Discover now