54 || Family Problem

107K 16.4K 5.6K
                                    

"Gue mau kentut."

"Tahan goblok, kentut lo bau jahanam."

"Diem woi."

Kedelapan cowok IPS 5 itu rela berhimpitan di balik dinding sebuah toko sembari terus mengintai bagai intel. Jangan tanya apa yang sedang mereka perhatikan sampai Farzan rela menahan pelepasan gas surgawi dalam dirinya. Iya, benar. Si ketua kelas yang sedang berjalan menuju toko buku bersama dengan Kevin.

"Dada gue sesek anjir. Jangan gencet gue napa dah," keluh Ardi selaku cowok paling pendek di antara mereka.

"Mereka bicarain apaan, sih? Asik bener," gumam Dio yang tidak disengaja didengar oleh Ersya.

"Coba lo samperin terus tanya lagi ngomongin apa, daripada kayak gini bukannya kayak detektif kece malah kayak sekumpulan pedopil nyari mangsa bego."

Revan yang berjongkok di bawah mengacungkan jempol pada Ersya. Ia sangat-sangat setuju dengan ilustrasi yang diberikan oleh cowok itu.

"Asep, badan lo subhanallah...."

Asep melirik ke arah Ardi yang berjongkok di bawahnya. Ia memperbaiki posisinya. Agak bergeser sedikit ke kiri, tetapi masih tetap bertumpu ke punggung cowok itu.

"GAK GUNA ASU." Ardi berdecak dan memilih mengabaikan kebodohan Asep. Ia agak maju untuk mencolek bahu Dio, tetapi itu justru membuat Asep nyaris terjatuh. Untung ia bisa kembali menyeimbangkan tubuhnya. "Woi, Yo. Itu si Kepin nyulik Dara udah sampe mana dah? Punggung gue lama-lama remuk, asli dah."

"Lah anying kok puter balik?" ucapan Alfa membuat mereka serempak mengintip di balik tembok.

Entah kenapa Kevin dan Dara malah berbalik. Padahal seharusnya toko buku yang hendak mereka kunjungi ada di depan, tetapi mereka kini malah berbalik arah. Ke arah mereka. Dan hal itu membuat mereka panik seketika.

"Sembunyi, sembunyi, sembunyi," suruh Dio bergerak ke belakang, membuat yang lain juga ikut bergerak ke belakang. Tetapi entah bagaimana caranya Andra yang berjongkok di paling belakang malah tergelincir sesuatu yang membuat bokongnya lumayan keras mencium lantai. Hal itu juga membuat Farzan yang di depannya ikut tersandung, begitu seterusnya hingga Dio yang berada paling depan berakhir menimpa Alfa.

"PUNGGUNG GUE REMUK BENERAN ANJING."

"ANDRA ASU."

"AJEGE, ENCOK."

Dara di sana, tidak sengaja mendengar suara pekikan yang tidak asing, langsung menghampiri sumber keributan. Ia menganga, mendapati kedelapan teman sekelasnya yang sudah tergeletak saling menimpa. Mengabaikan rasa keterkejutannya, ia langsung menghampiri Andra yang dirasa paling tersiksa. Dara menarik tangan cowok itu dengan paksa agar keluar dari tumpukan manusia itu.

"Kalian ngapain?!"

Dio meringis, tetapi saat kedua matanya menangkap presensi Kevin di samping Dara, ia langsung bangkit berdiri sembari membersihkan pakaiannya. Ia berdeham dan membantu Alfa berdiri karena cowok itu menepuk kakinya meminta pertolongan. Mereka semua akhirnya berdiri satu-persatu dan langsung mendapat tatapan curiga dari Dara.

"Gue nanya, ya. Kalian ngapain di sini? Sampe kayak tadi?" tanya Dara sekali lagi.

"Itu..., kita...." Ersya mengalihkan pandangan ke yang lain, meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan Dara.

"Kepo," Dio menjawab dengan singkat. Ia bersedekap dan menatap cowok di samping Dara. "Lo berdua ngapain ke sini?"

"Kan tadi udah gue bilang mau nyari buku. Tapi gak jadi karna Kevin baru inget ada urusan bentar," jawab Dara sambil menunjuk Kevin. Kemudian ia mengernyit heran. Masih tidak paham dengan keberadaan mereka di sini. "Beneran deh, kalian ngapain?"

utopia (segera terbit)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon